Dosa Kedua: Terbuai dan Lupa Diri
Sahabat dagang di Singapore, sudah saling kunjung,makan bersama dan sangat baik. 5 tahun menjadi mitra dagang yang saling mendukung, Saya menjadi lengah dan lalai dalam hal korespondensi dagang.
Sehingga barang sudah terkirim,sedangkan Letter of credit (L/C), yang secara hukum dagang merupakan sesuatu yang vital ,ternyata sudah expired date atau tidak valid lagi, Peluang ini mengoda mitra dagang saya dan 400 ribu dollar lenyap.
Dosa Ketiga: Membuka Rahasia Dapur
Sahabat baik dalam satu organisasi, sudah berjalan 8 tahun, Sangat baik dan ramah dan tampil sangat agamis. Dalam setiap pembicaraan selalu membawa nama Tuhan. Pokoknya orang saleh.
Saya percaya dan lagi lagi over dosis. Semua rahasia dapur perusahaan saya ceritakan. Yang ternyata telah memancing niat jahatnya dan terjadilah peristiwa fitnahan tersebut,Saya ditahan dan dua tahun perkara, menghabiskan satu miliar uang, akhirnya oleh Mahkamah Agung dinyatakan saya tidak bersalah.Tapi sudah terlanjur babak belur dan seluruh anggota keluarga ikut menderita.
Dosa Keempat: Empaty Kebablasan
Seorang tukang beca yang biasa membantu digudang perusahaan. Sopan santun, jujur dan pintar. Awalnya saya simpati, kemudian meningkat menjadi empaty. Saya ingin membantu agar ia bisa mengubah nasibnya.
Saya berikan pinjaman modal tanpa syarat dan tanpa kontrol. Empati kebablasan ini ternyata telah menggodanya ,sehingga seluruh uang pinjaman tidak dikembalikan .
Kesimpulan :
Bila saya tidak melakukan keempat dosa tersebut, kemungkinan:
- Sahabat dagang saya di Singapore masih tetap sahabat saya.
- Anak angkat kami tidak sampai melarikan diri
- Sahabat saya tidak sampai terjerumus menjadi penghianat
- Tukang beca sudah berubah nasibnya, tanpa harus melarikan uang saya