Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Harian Seorang Istri

27 September 2015   18:17 Diperbarui: 27 September 2015   18:41 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai penyandang gelar Champion Honour,maka boleh dikatakan Lina menjadi anak emas perusaahaan. Berbagai fasilitas tersedia untuk Lina:

Tiap tahun keluar negeri. Seluruh biaya perjalanan pulang pergi dan penginapan ditanggung perusahaan. Salary puluhan juta setiap bulan. Bonus setiap tiga bulan. Undangan santap malam disana sini. Pokoknya seluruh pengeluaran ditanggung oleh perusaahaan.

HIdup Adalah Sebuah Pilihan

Namun kini saatnya Lina harus memilih antara karir,popularitas,uang,kemudahan kemudahan ,jalan jalan gratis keluar negeri atau menemani suami tercinta ,menggapai impiannya berkelana keseluruh jagat raya. Pilihan yang tidak mudah. Bahkan bagi Lina merupakan pilihan yang teramat berat.

Tetapi hidup terkadang berada dipersimpangan jalan dan orang harus memilih ,jalan mana yang akan ditempuhnya.

Sekali lagi Lina memandang lapat lapat semua Piagam, throphy dan foto fotonya bersama banker nasional, yang merupakan owner dari perusahaannya bekerja. Kalau ia mengundurkan diri, berarti semuanya itu hanya akan tinggal menjadi kenangan .

Bukan hanya itu saja,tetapi semua atribut yang disandangnya,akan pupus secara serta merta,begitu ia mengundurkan diri. Ia hanya akan berstatus: Ibu Rumah Tangga atau dalam bahasa tempo dulu ,statusnya adalah: ikut suami.

Ia bukan lagi wanita karir. Tidak akan ada lagi tepuk tangan yang meriah,untuk kesuksesannya. Apalagi undangan makan malam bersama Pemilik Perusahaan. Semuanya akan sirna,bagaikan bayang bayang yang tersapu teriknya sinar mentari. Tetapi bila ia tetap bersikukuh melanjutkan karirnya? Tidak tega ia melanjutkan pikiran ini.

Malam sudah bertambah larut dan udara dingin semakin terasa merasuk ketulang sumsum. Entah sudah berapa lama ia duduk di sana...ia tidak tahu.

Perlahanl lahan Lina beranjak dari kursi dan berjalan kekamar tidur, di mana suaminya sudah terlelap. Dipandangnya wajah orang yang sudah mendampinginya dalam suka dan duka selama belasan tahun. Apakah akan tega ia melukai hatinya?

Lina membaringkan tubuhnya. Pikirannya menerawang entah kemana. Mungkin karena kecapaian dan beban hati yang dipikulnya ,dalam waktu beberapa saat Lina tertidur..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun