Berbelanja di Pasar Tradisional Italia :”Unik ,Asyik dan Meriah”
Kami berdua dengan ditemani oleh Anna ,adik kami pergi ke Pasar Tradisional ,yang lokasinya hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumah tempat kami menginap. Maka hanya dalam beberapa menit berjalan kaki, kami sudah tiba di lokasi.
Dari kejauhan sudah terdengar suara suara ceria orang Italia yang lagi berbelanja;” Bongiorno… grazie.. cau…” .Hanya tiga kata ini saja yang bisa saya tuliskan,untuk melukiskan betapa penduduk disini menyapa dengan penuh kehangatan.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/30/sam-3706-1024x768-55ba079c1297739409e93022.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Pasar ini saya sebutkan unik, karena seluruhnya merupakan :”toko berjalan”. Maksudnya setiap orang yang berjualan disini, tidak mendirikan kios atau bangunan apapun, melainkan menggunakan kendaraan mereka yang mirip dengan caravan.
Pasar ini, hanya buka sekali dalam seminggu dan hanya buka dari pagi hingga sore.
Semua barang sudah ada taripnya dan tidak ada tawar menawar,seperti layaknya pasar tradisional di negeri kita.
Asyik
Barang barang yang dipajang untuk dijual disini sangat lengkap. Mulai dari buahan segar dari kebun sendiri, sayuran, keju, ham, hingga barang barang kebutuhan akan pakaian dan perhiasan imitasi .
Harganya rata rata jauh lebih murah ,dibandingkan berbelanja di mall atau di Supermarket. Contoh : harga buahan yang di supermarket kemarin kami beli dengan harga 3 Euro perkilogram, disini hanya 1, 20 Euro. Begitu juga dengan daging ,harganya bisa 40 persen lebih murah.
Karena semuanya adalah hasil produksi kebun sendiri dan keju serta ham, adalah home made,Berarti mereka tidak menggunakan tenaga kerja dari luar, karena dikerjakan sendiri didalam rumah tangga.
Semua buahan dan produk makanan, masih segar dan baru, karena diproduksi dalam jumlah sangat terbatas. Buah yang penyok sedikit saja, sudah dikeluarkan dan tidak di jual
Para penjual sangat ramah, Mereka melayani setiap pembeli dengan ceria dan gembira, karena menjual hasil produksi mereka sendiri. Disamping mendapatkan uang, mereka juga bangga, bila hasil karya mereka di beli orang. Beda dengan bila kita berbelanja di toko, yang dilayani oleh karyawan yang digaji,yang terkadang bersikap acuh tak acuh,sesuai mood mereka. Karena bagi karyawan, kita beli atau tidak,bagi mereka tidak jadi masalah.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/30/sam-3692-1024x768-55ba08e4397b61bb2e29e81c.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Pasar tradisionil ini menjadi terasa sangat meriah, karena sikap yang ditunjukkan oleh rata rata penjual. Sikap kekeluargaan dan tegur sapa yang ramah tamah, menyebabkan pembeli tertarik untuk berbelanja. Walaupun tidak ada acara tawar menawar,namun dipastikan harga jauh lebih murah dibandingkan berbelanja di mall atau di supermarket.
Pasarnya bersih dan apik. Tak ada sampah dan tak ada bau busuk. Taka da acara berdesak desakan, krena ruang gerak untuk pembeli cukup lapang. Sekecil apapun kita berbelanja ,selalu mendapatkan sambutan hangat :” bongiorno segnor .segnora..”
Dengan mengantongi perasaan : “unik,asyik dan meriah “ .tanpa terasa tas yang ada dibahu saya makin lama makin terasa berat. Karena dibebani dengan buah anggur dua kilogram.buah peach dua kg. buah apa lagi namanya dua kg… keju satu kilo,…hmm ada pakaian renang yang Cuma 5 euro 3 lembar…Eee…masih ada yang kurang lagi…tuh.. buah ,Cuma 1,3 Euro perkg,.. beli lagi dua kg, yaa ,,bisik istri saya..
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/30/sam-3698-1024x768-55ba173bf07a61cb094bdef4.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Mungkinkah di Indonesia?
Sementara berjalan,pikiran saya menerawang ke kampung halaman saya Indonesia, Seandainya diadakan pasar tradisionil untuk penduduk kampung, mungkin dapat menjadi motivasi ,melahirkan keinginan untuk berwiraswasta, Serta sekaligus mengangkat perekonomian keluarga. Yang pada akhirnya memberikan sumbangsihnya bagi perekonomian Indonesia secara nasional.
Walaupun ,mungkin untuk saat ini,dianggap sebuah khayalan, bukan tidak mungkin diterapkan, sebagai proyek uji coba di perkampungan yang sudah ada PKK nya, Semoga bisa!
Pasar Tradisionil. 30 Juli, 2015/Calabria
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI