Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Bersyukur di Usia 73 Tahun Masih Mampu Taklukan Puncak Vetta Amiata

21 Juli 2015   21:50 Diperbarui: 21 Juli 2015   21:50 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

 

Bersyukur di Usia 73 Tahun Masih Mampu Menaklukkan Puncak Vetta Amiata

Pagi ini  ,sambil menikmati secangkir capucinno dan sarapan pagi, adik kami Margretha bertanya apakah kami berdua masih kuat untuk mendaki gunung? Sesaat saya memandang istri saya Lina. Tidak bertanya dalam bahasa verbal.tapi Lina sudah tahu ,bahwa itu adalah sebuah pertanyaan dari saya:” Gimana kita ikut?”

“Boleh” kata istri saya mantap. Lha ,masa suami kalah dari istri? Maka saya juga spontan jawab :” Oke.padahal belum nanya gunung setinggi berapa?

“Hmm … Vetta Amiata itu artinya gunung Amiata “ kata suami Margareth untuk menyakinkan diri. Yang tentu saja diterjemahkan oleh Margareth. “ kalau tingginya kurang dari 1000 meter, disebut bukit. Kalau tingginya lebih dari 1000 disini disebutkan gunung”.Kata Margareth menegaskan.

Sudah Terlanjur Confidence

Sesaat saya sempat agak kaget dan berpikir dalam hati:” wah..saya pikir tadinya naik bukit”Tapi sudah terlanjur ngomong besar,kan malu ,kalau mau mundur? Maka saya jawab:” Yaaa ngga apa apaa”(sambil mikir)

Maka kami segera bersiap siap. Ganti sepatu. Bawa ransel berisi minuman dan tidak lupa saya bawa laptop. Kami singgah sebentar di toko Kiara, sahabat Margareth yang telah meminjamkan villa nya secara gratis untuk kami menginap. Pamitan dan segera berangkat.

Sebelum mendaki kami singgah di toko Kiara, yang meminjamkan kami villa nya dengan gratis

 

Tinggi Vetta Amiata "Hanya" 1,781  Meter

Ketika kendaraan yang dikemudikan Sandro, suami Margaretha mulai bergerak, adik kami mengatakan bahwa tinggi gunung Amiata,tidak sampai 2000 meter. Mendengar ini ,saya dan istri diam. Dalam hati saya memarahi diri sendiri :” Nah lho….ini gunuuung.bukan bukiit”.

Tapi , seperti kata pepatah kuno “nasi sudah terlanjur di goreng ,nggak bisa dimentahkan lagi “Maka kami berdua berdiam diri,sambil mikir:” Kuat nggak yaa?”

Syukur Margareth Dapat Membaca Situasi

Syukur karena Margareth sejak kecil sudah bersama kami,maka tahu persis gelagat kami berdua, ketika menghadapi masalah. Maka untuk menjaga muka kami berdua, Margareth mengatakan kepada suaminya Sandro, bahwa kami tidak jadi parkir dikaki gunung, melainkan agak naik kepinggang gunung, tempat stopan terakhir untuk lokasi parkir.

Legaa rasanya hati…Karena berarti setidaknya ,kami dapat diskon mendaki sekitar 400 – 500 meter. Jadi bukan merangkak naik dari bawah,melainkan langsung dari tempat terakhir yang dibolehkan parkir kendaraan.

 

 

Dari Bercanda Canda ,Terus Diam

Karena muka kami sudah ditolong oleh Margareth dan dapat diskon sekitar 400 meter,maka kami setelah kendaraan parkir, kami turun dengan gagah. Sepanjang jalan bercanda dan ketawa ketawa. Namun setelah sekitar satu jam mendaki,mendadak canda ria kami menjadi surut dan diam.

Margareth bertanya :” Cape nggak ? Kalau cape kita istirahat?”.

Nah,kesempatan baik, karena ditanya, jadi lagi lagi tidak kehilangan muka,maka kami istirahat dipinggang gunung,sambil menikmati minuman yang kami bawa. Dan kemudian melanjutkan pendakian hingga ke puncak Amiata.

 

 

Bersyukur Kepada Tuhan

Setelah sempat beristirahat secukupnya, maka kamipun berangsur turun kembali. Sesungguhnya judul diatas :” Menaklukkan Puncak Vetta Amiata” ,mungkin bagi orang lain terlalu dibesar besarkan. Apalagi bila dibandingkan dengan tingginya gunung yang 4- 5 ribu meter.

Namun di usia kami berdua yang mencapai 72 plus, mampu menaklukkan Vetta Amiata,sudah melahirkan rasa syukur yang luar biasa. Bukan karena “prestasi” melainkan karena kesehatan yang dikaruniakan kepada kami berdua. Disamping itu, kami juga sudah mampu menaklukkan diri kami sendiri.

Tidak ada sesuatu yang spektakuler dalam tulisan ini,namun setidaknya diharapkan ada sesuatu yang bermanfaat yang dapat dipetik oleh orang banyak,bahwa bila sejak sedini mungkin kita menjaga kesehatan ,maka hingga diusia lanjut, masih dapat menikmati hidup secara luar biasa.

Vetta Amiata , 21 Juli,2015

Tjiptadinata Effendi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun