Ketika kendaraan yang dikemudikan Sandro, suami Margaretha mulai bergerak, adik kami mengatakan bahwa tinggi gunung Amiata,tidak sampai 2000 meter. Mendengar ini ,saya dan istri diam. Dalam hati saya memarahi diri sendiri :” Nah lho….ini gunuuung.bukan bukiit”.
Tapi , seperti kata pepatah kuno “nasi sudah terlanjur di goreng ,nggak bisa dimentahkan lagi “Maka kami berdua berdiam diri,sambil mikir:” Kuat nggak yaa?”
Syukur Margareth Dapat Membaca Situasi
Syukur karena Margareth sejak kecil sudah bersama kami,maka tahu persis gelagat kami berdua, ketika menghadapi masalah. Maka untuk menjaga muka kami berdua, Margareth mengatakan kepada suaminya Sandro, bahwa kami tidak jadi parkir dikaki gunung, melainkan agak naik kepinggang gunung, tempat stopan terakhir untuk lokasi parkir.
Legaa rasanya hati…Karena berarti setidaknya ,kami dapat diskon mendaki sekitar 400 – 500 meter. Jadi bukan merangkak naik dari bawah,melainkan langsung dari tempat terakhir yang dibolehkan parkir kendaraan.
Karena muka kami sudah ditolong oleh Margareth dan dapat diskon sekitar 400 meter,maka kami setelah kendaraan parkir, kami turun dengan gagah. Sepanjang jalan bercanda dan ketawa ketawa. Namun setelah sekitar satu jam mendaki,mendadak canda ria kami menjadi surut dan diam.