Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Untung Saya Tidak Menuliskan Kebohongan

9 Juli 2015   20:47 Diperbarui: 9 Juli 2015   20:47 5836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dikira Saya Berbohong Dalam Menuliskan Cuplikan Biografi

Dikira saya berbohong, dalam cuplikan biografi, yang dipostingkan secara berturut turut dalam minggu ini. Kisah kisah hidup yang saya tulis di awali dengan judul:”Ketika Hidup Terpuruk. Istri Rela Jadi Sopir Antar Jemput” . Di Headline kan oleh Admin dan tadi saya lihat dibaca oleh 40.090 (empat puluh ribu sembilan puluh) orang. Saya tidak tahu apakah hitungan ini error. Tapi inilah yang tertulis di artikel saya.

Setelah itu, saya jadi kerajingan menulis secara berturut turut cuplikan biografi hidup kami berdua. Saya sama sekali tidak menyangka, bahwa setiap detail tulisan saya, di cross check hingga ke Padang. Bahkan hingga ke Pasar Tanah Kongsi.

Penjual Kelapa di Pasar Tanah Kongsi itu Namanya Pak Liong, Bukan Pak Tjipta!

Malam ini, saya meluangkan waktu untuk menjawab pesan pesan dan pertanyaan yang masuk di inbox Facebook saya. Tiba tiba saya tersentak. Karena ada pesan, yang nadanya tajam dan merupakan tegoran. ”Pak Tjipta (tanpa selamat malam atau selamat sore). Saya orang Padang, hampir selalu membaca setiap tulisan pak Tjipta. Tadi siang saya khusus ke Pasar Tanah Kongsi. Ingin tahu persis , dimana Pak Tjipta pernah jualan kelapa? Tapi ternyata, saya dapatkan jawaban, dari yang menempati kedai tersebut, bahwa setahunya, bukan pak Tjiptadinata yang dulu jualan kelapa, tapi namanya ' Pak Liong' orang Tionghoa! Bagaimana bisa begitu pak?!”

Sebuah pertanyaan yang ditutup dengan tanda tanya dan tanda seru. Menunjukkan bahwa si penanya yang menggunakan nama Syafruddin itu sangat kecewa dengan diri saya

Saya perlihatkan tegoran ini pada istri saya Lina dan kami ketawa, sejadi jadinya.

Namanya Beda, Orangnya Sama

Saya jelaskan, bahwa di Pasar Tanah Kongsi, tak seorangpun kenal nama Tjiptadinata Effendi. Karena mereka hanya kenal nama saya semasa kecil, yakni Kim Liong. Namun dalam surat surat resmi, termasuk Ijazah, passport dan SIM saya, tertulis nama Tjiptadinata Effendi.

Akhirnya pak Syafruddin lega dan berkali kali minta maaf, karena sempat menduga saya telah melakukan pembohongan publik,lewat tulisan saya.

 

 

[caption caption="pasangan pengantin di foto ini,sama orangnya dengan yang menulis artikel ini. Hanya dulu masih muda, sekarang sudah 73. Jadi wajahnya pasti nggak sama lagii"]

Untung Saya Tidak menuliskan kebohongan

Saya bersyukur, dalam daftar hobbi saya, kata ”berbohong” tidak tercantum di sana. Coba kalau andaikata saya nulis secara ngawur dan ngaku ngaku pernah jadi penjual kelapa, padahal bukan, maka dapat dipastikan, sejak saat ini verifikasi biru saya bakal dicomot dan kemungkinan juga akun saya akan dibanned. Karena telah melakukan pembohongan publik.

Di Padang, Telur Ayam Menetas, Sekampung Bakal Tahu

Di Kompasiana ada beberapa orang asal Padang. Kota Padang adalah kota kecil. Boleh dikatakan, ayam menetas, orang sekampung bakalan tahu. Makanya kalau angkatan saya, semua tahu riwayat hidup kami.

Bahwa Lina adalah adik kelas saya di SMA don Bosco. Gadis yang merupakan cinta pertama dan sekaligus yang terakhir, yang kini menjadi istri dan ibu dari putra putri kami, serta nenek dari 10 orang cucu. Dan semoga tahun depan, kami akan menjadi Greatgrandpa dan Greatgrandma. Karena cucu tertua kami sudah menikah beberapa bulan lalu.

Perlu juga saya tuliskan bahwa nama Lina di sekolah adalah Helena. Jadi Lina yang sekarang, adalah Helena yang dulu sama satu sekolah dengan saya di SMA don Bosco. Jangan sampai ada yang mengira, bahwa Lina itu wanita lain, berbahaya..

Tulisan ini, bukan bermaksud melucu. Walapun kami sempat ketawa,karena salah pengertian. Sengaja dipostingkan, karena mungkin dapat dipetik manfaatnya, agar senantiasa menuliskan apa adanya. Sehingga bilamana ada yang sampai menyewa detektif untuk melacak kebenaran tulisan yang terposting, kita bisa tidur nyenyak. Karena memang tidak ada sepotongpun kebohongan di sana.

Wollongong, 9 Juli, 2015

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun