Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ajak Remaja Kita Sejak SMP Masuk ke Universitas Kehidupan

2 Juli 2015   05:28 Diperbarui: 2 Juli 2015   05:28 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

 Orang  bisa tersesat di Padang Pasir, tetapi  lebih banyak lagi yang tersesat di keramain dunia

Ajak Remaja Kita Sejak SMP Masuk Ke Universitas Kehidupan

Sebuah paradigma yang keliru selama ini adalah bahwa hanya orang tua yang tidak mampu, yang menyuruh anak anaknya yang masih duduk dibangku sekolah untuk bekerja. Pola pikir seperti inilah yang secara tanpa sadar telah mengiring anak anak mereka menjadi sosok yang tidak mandiri. Karena dimanja dan hanya tinggal menadahkan tangan,maka semua sudah ada ditangannya, menyebabkan seorang anak ,merasa bahwa :”dunia adalah milikku”

Kebiasaan dimanja selama belasan tahun, mengakibatkan pada waktu anak yang sudah bertumbuh menjadi seorang dewasa, dituntut rasa tanggung jawabnya ,maka ia akan berada dalam kegamangan hidup. Merasa terlepas secara tiba tiba dari sosok orang tua yang selama ini dijadikannya tempat bergantung,maka secara membabi buta, ia akan menggapai siapapun ,yang dianggapnya dapat menggantikan peran orang tuanya.

Disinilah awal petaka, bila ia salah meraih tempat berpegang.Ia akan diajak untuk berbuat sesuatu yang menjauhkan dirinya dari keselamatan. Sehingga kalau diurut, maka dalam hal ini, sesungguhnya orang tua ,yang memanjakan anaknya secara berlebihan, secara sadar atau pun tidak telah mendorong anaknya masuk kedalam jurang.

Merasa Malu,Karena Orang Tua Mampu. Sedangkan Anak Bekerja? No.Way!

Ketika ketiga putra putri kami melanjutkan study mereka di Amerika dan di Australia, mereka hanya kami berikan uang secukupnya untuk membayar uang kuliah dan keperluan study. Sementara itu mereka sudah bekerja part time ,selesai kuliah. Tak satupun yang kami belikan kendaraan,kendati pada waktu itu kami masih pengusaha dan memiliki uang yang lebih dari cukup untuk membelikan kendaraan kepada mereka masing masing.

Dengan bekerja part time, anak anak sudah diajak masuk ke University of Life atau Universitas Kehidupan. Untuk belajar memahami bahwa:

  • Dunia bukan milik sendiri
  • Bahwa ada aturan yang harus ditaati
  • Bahwa uang tidak jatuh dari langit
  • Bahwa untuk mendapatkan uang harus kerja keras
  • Belajar untuk mulai memanage pengeluaran pribadi
  • Untuk tidak menghamburkan belanja hal hal yang tidak perlu
  • Memahami bahwa dalam hidup, selalu ada enak dan tidak enaknya
  • Bahwa dalam kehidupan 2 + 2 belum tentu jadi empat
  • Bahwa orang yang tampaknya baik,belum tentu sesungguhnya jujur

Tidak Diajarkan di Universitas Manapun Di dunia

Semua point pelajaran hidup yang disebutkan diatas,tak akan pernah diperolah di universitas manapun di dunia ini. Maka belajar dari pengalaman hidup mereka di negeri orang, setelah berkeluarga, kini putra putri kami yang masing masing sudah memiliki keluarga ,sudah menerapkan apa yang kami terapkan pada diri mereka. Yakni menyekolahkan anak anak mereka di :”University of Life”

Cucu kami yang di Perth,sudah sejak SMP kerja part time di toko roti, setelah kini kuliah,bekerja sebagai guru .Yang seorang lagi bekerja di restoran dengan gaji 15 dolar perjam.Sehingga setiap minggu ,setidaknya mengantongi uang hasil kerjanya senilai 300 dolar atau senilai 3 juta rupiah.

Cucu perempuan kami yang di Wollongong, masih di Year 9 atau SMP kelas 3 ukuran di Indonesia, sudah mulai mengajarkan gymnastic untuk anak anak SD. Sedangkan cucu kami yang di Jakarta,sudah mulai bekerja dengan membuat program program computer yang sederhana.

Jangan Salah Memanjakan Anak, Yang Akan Menjerumuskannya

Mungkin dalam hal mempersiapkan anak anak untuk masa depan,kita dapat belajar dari Australia.Dimana hampir setiap remaja yang sudah duduk dibangku SMA ,bekerja part time.Bukan karena orang tua mereka tidak mampu,melainkan justru untuk mempersiapkan mereka sedini mungkin ,memasuki dunia kehidupan yang keras. Dengan “menyekolahkan” mereka sejak awal di Universitas Kehidupan”

Wollongong, 02 Juli, 2015

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun