Istri saya Jadi Sopir AntarJemput
Tanpa diminta, istri saya mengambil inisiatif, menjadi sopir antar jemput. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan istri saya, dari seorang istri pengusaha tiba-tiba harus menjadi sopir antar jemput. Namun Lina menjalani semuanya dengan ikhlas. Tak sekali jua mengeluh.
Saya minta maaf kepada Lina, yang membalas memeluk saya erat erat. Matanya berkaca kaca dan berkata: ”Sayang, kita mulai lagi dari awal yaa”
Badai Itupun Berlalu
Sejak saat itu, kami bergandengan tangan mengawali usaha dari bawah. Sungguh sangat tidak mudah, bekerja keras dari kemelaratan hidup untuk mencapai hidup yang lebih baik, sudah cukup berat. Namun mengawali usaha dari kejatuhan, sungguh berkali kali lebih berat rasanya. Kami menjual semua barang yang dapat kami uangkan, bahkan Lina mengeluarkan seluruh barang perhiasannnya dan hanya meninggalkan satu cincin kawin yang melekat dijarinya. Yang lain semua dijual dan kami jadikan modal awal.
Mahabesarlah Tuhan, dua tahun kemudian kami sudah mulai bangkit kembali. Badai itu sudah berlalu dari kehidupan kami.
Bukti Kesetiaan istri
Hal ini bukanlah kali pertama istri saya membuktikan kesetiaannya, karena sebelum itu saya pernah terbaring berbulan bulan di rumah sakit Mount Elisabeth Singapore. Dan istri saya dengan penuh kasih menjaga dan membesarkan hati saya. Belakangan, ketika dua tahun lalu saya terjatuh dan selama sebulan dirawat di General Hospital di Wollongong, kembali istri saya membuktikan betapa ia mengasihi saya.
Nah, sebebal apapun hati seorang pria, mendapatkan cinta begitu tulus dari seorang istri, mana mungkin tega menghianati cintanya.
Kemesraan yang Kami tampilkan adalah Kemesraan Luar Dalam