Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Jakarta Bukan Tanah Terjanji, Tetapi Kota yang Menjanjikan Perubahan

24 Juni 2015   20:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:26 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Jakarta Bukan Tanah Terjanji, Tetapi Kota Yang Menjanjikan Perubahan

Sewaktu masih menetap di Jakarta,dalam setiap kesempatan,saya senantiasa mencoba menelusuri ,mengapa kendati sudah penuh sesak ,masih saja berbondong bondong orang datang kesini. Saya mencoba mengadakan research yang bersifat pribadi. Langkah pertama,saya awali dengan menginterview security dan Cleaning service ,yang setiap hari bertemu muka dengan saya. Ternyata hampir 70 persen diantaranya ,berasal dari berbagai kota di seluruh Nusantara. Bahkan ada beberapa orang yang dari Ambon dan Nusa Tenggara Timur.

Alasan mereka datang ke Jakarta, walaupun disampaikan dalam bahasa dan gaya yang berbeda,namun esensialnya hanya satu ,yakni :” Jakarta menjanjikan perubahan hidup” Dan ternyata memang mereka sudah merasakannya. Salah satunya adalah Yulius asal dari Larantuka,mengatakan :” Kalau saya masih menetap dikampung, mungkin hingga saat ini , saya masih akan jadi beban keluarga, karena bekerja kasar secara serabutan. Disini walaupun pengeluaran cukup besar,namun dengan berhemat, saya masih bisa menabung ,bahkan sesekali mengirim uang kepada orang tua di kampung”

 

Ucok Merasa Jadi” Orang “di Jakarta

Lain kisah Ucok,yang buka usaha cuci mobil di pinggir jalan di Kemayoran:” Saya sudah 4 tahun di Jakarta ini Om. Disini walaupun Cuma tukang cuci mobil,tapi saya sudah jadi :” Orang “ ,punya anak buah 6 orang. “ Jakarta telah memberikan kesempatan bagi saya untuk mengubah hidup.Bahkan saya sudah ajarkan teman teman sekampung untuk jangan bebani orang tua,dengan kerja keras “ Ucok mengaku berasal dari pinggiran kota Medan

 

Ajo dari Pariaman

Jualan nasi di gerobak ,didepan Mall Giant di Kemayoran. “Awak ala 11 tahun disiko da. Dulu marantau surang, Manabuang saketek saketek . 2 tahun kemudian ,awak ala bisa maimbau anak istri kasiko. Alhamdulilah, rumah sederhana ala tabali kini da”( saya sudah 11 tahun di Jakarta. Pertama kali datang sendirian, kemudian menabung dan 2 tahun kemudian sudah bisa ajak anak dan istri tinggal bersamanya di Jakarta. 11 tahun berlalu dan kini,sudah bisa beli rumah sederhana,walaupun belum semuanya lunas.)

Ibu Euis asal Cijerah Bandung

Bisa ditemui di Mangga Dua Mall.lantai 3. Ibu Euis asal Bandung ini, jualan masakan Padang. Sudah 6 tahun di Jakarta. “Alhamdulilah Pak,dengan jualan begini, saya sudah mampu bayar uang sekolah putra dan putri saya hingga mereka sarjana.Di Jakarta, kalau kita mau usaha, kesempatan untuk mengubah nasib selalu ada “

Bangga Punya KTP DKI

Rata rata mereka merasa bangga memiliki KTP DKI, hingga langsung diperagakan kepada saya,untuk membuktikan ,bahwa memang mereka benar benar penduduk sah Jakarta. Mengapa orang bangga menjadi penduduk Jakarta? Tentu masing masing memiliki alasannya tersendiri.

Kendati Jakarta bukan merupakan :”Tanah Terjanji” ,setidaknya Jakarta merupakan Kota yang menjanjikan perubahan nasib . Makanya , apapun cerita negative tentang Jakarta itu kejam melebihi ibu tiri ,Jakarta itu brengsek,namun sama sekali tidak menggoyahkan semangat orang untuk tetap datang ke Jakarta. Karena disini, terbuka luas kesempatan untuk mengubah jalan hidup, kearah lebih baik.

Bahkan warga yang tinggal di luar Jakarta, dengan bangga mengaku orang Jakarta. Ketika ditanyakan apakah sudah memiliki KTP DKI ? Jawaban klise adalah :” susah urus KTP di Jakarta, jadi kami pakai ktp yang sudah ada saja.”

Jakarta di benci,sekaligus dirindukan jutaan orang.!

(semua foto yang ditampilkan adalah foto foto document pribadi)

Wollongong, 24 Juni . 2015

Tjiptadinata Effendi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun