Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesenian Bali Memukau Masyarakat Tasmania

20 Juni 2015   17:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:42 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Kesenian Bali Memukau Masyarakat Tasmania

Kesenian Bali,yang ditampilkan dalam ujud :” Ogoh –Ogoh” ternyata mampu memukau para pengunjung Festival tahunan Dark Mofo 2015 di Hobart- Pulau Tasmania. Boneka yang menampilkan ujud raksasa sebagai implementasi dari roh jahat , yang merupakan budaya khas masyarakat Bali ini, memang sangat unik ,sehingga mampu menyedot perhatian orang banyak.

Apalagi hal ini merupakan sebuah kesempatan langka bagi warga setempat,karena mereka tidak perlu bersusah payah ke pulau Bali ,dengan mengeluarkan dana yang cukup besar ,karena kesenian unik ini digelar di negeri mereka

Festival yang Dinantikan

Festival musim dingin DARK MOFO merupakan hajatan tahunan yang banyak dinanti masyarakat Tasmania maupun wisatawan asing di Australia. Ini merupakan festival tahunan yang  menandai periode titik balik matahari, yakni masa dimana akhir pekan minggu ketiga Juni, matahari berada di titik terjauh dari garis khatulistiwa.

Festival Dark Mofo yang berlangsung sejak 12 – 21 Juni di Dark Park, Macquarie Point ikut dimeriahkan oleh karya seni patung Ogoh-ogoh dari Bali.

Universitas Tasmania

Kehadiran Ogoh Ogoh ini ini ,adalah merupakan upaya dari Fakultas Kajian Asia, Universitas Tasmania dan tim seni rupa dari universitas tersebut yang mendatangkan langsung ke Hobart  3 seniman Bali untuk membuat ogoh-ogoh.

Nama ketiga Seniman asal Bali tersebut adalah:

  • Ida Bagus Oka,
  • Ida Bagus Antara
  • Komang Sedana Putra.

Dengan mengambil tempat di Kampus Seni RupaTasmania , ketiga seniman Bali ini menciptakan ogoh-ogoh Tasmania berbentuk ikan handfish Tasmania. Ikan langka ini memiliki bentuk aneh karena memiliki "tangan" bukan sirip seperti ikan pada umumnya. Pembuatan ogoh-ogoh Tasmania ini dibantu oleh seniman lokal Tristan Stowards dan relawan dari mahasiswa TCotA.

Cas Charles, pakar ogoh-ogoh sekaligus manajer dari proyek kolaborasi budaya ini mengatakan secara tradisional patung raksasa ogoh-ogoh dibuat dari kawat, bamboo,serta sobekan kertas. Tapi di Hobart, ogoh-ogoh dibuat dari materi yang ada.

 Besok Akan Dibakar

Rencanya ,besok hari Minggu malam , 21 Juni 2015, komunitas Tasmania diundang untuk menghadiri upacara ‘penyucian’ dimana ketiga ogoh-ogoh ini akan diarak menuju lokasi upacara untuk dibakar . Acara ini sekaligus akan menjadi malam puncak penyelenggaraan Festival Dark Mofo di Dark Park, Hobart.

Dalam kesempatan ini, akan dilakukan juga ritual pembersihan ogoh-ogoh khas Bali, lengkap dengan iringan penari . Serta dimeriahkan dengan paduan suara serta iringan dentuman gong dan alat music lainnya.

 Soroti Pentingnya Hubungan Baik dengan Asia 

Dalam kesempatan ini,  Dr Kaz Ross, pengajar di Fakultas Kajian Asia Universitas Tasmania menjelaskan bahwa proyek ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman warga Tasmania terhadap kebudayaan Asia dan menyoroti pentingnya hubungan dengan Asia

“Proyek ini penting karena menunjukan kalau orang bisa kapan saja belajar mengenai Asia dan berpartisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan Asia. Menghadirkan tradisi Indonesia dalam festival tahunan di Tasmania merupakan cara yang sangat bagus untuk menunjukan nilai dari kolaborasi kebudayaan,”

Menurut bbc.news  pada penyelenggaraan tahun lalu, festival ini berhasil menarik perhatian lebih dari 120.000 orang ke Kota Hobart pada  musim dingin lalu.

Festival unik ini akan ditutup dengan tradisi berenang telanjang ke Sungai Derwent yang dingin tepat pada saat matahari terbit ,esok pagi, tanggal 21 Juni, 2015

(sumber : bbc.news.)

Wollongong, 20 Juni, 2015

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun