Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

"A Prince in Republic" Buku Tentang Sultan, Terbit di Australia

25 Maret 2015   12:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:03 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Baik Mbak ,terima kasih ,saya dan istri akan hadir besok jam 7.00 malam.”.Namun untuk memastikan ,setelah pembicaraan selesai,saya balik telpon ke kantor telepon dan menanyakan nomer telepon yang menghubungi saya tadi dari mana? Spontan di jawab:” Nomer telpon dari Kraton pak”

Keesokan harinya ,kami berdua datang dengan salah seorang staf kami di Yogya. Begitu kami turun mobil dan masuk kepekarangan,sudah dijemput oleh seorang wanita. ” Monggo,bapak dan ibu sudah ditunggu Ngarso Dalem diruang tamu.”

Kami mengikuti langkah wanita ini menuju keruang tamu. Tapi belum kami masuk,tiba tiba sudah melangkah keluar Pak Sultan,sambil tersenyum lebar,menyambut kami . “Terima kasih ..sudah datang.”.sambil menyalami kami berdua.Sementara melangkah keruang tamu.sebelah tangan Sultan diletakkan dipundak saya,seperti layaknya orang yang sudah kenalan lama. Padahal baru sekali ini saya berkunjung ke Kraton.

Sesaat kemudian ,wanita yang menjemput kami di pintu gerbang,keluar membawa napan berisi 3 cangkir teh dan kemudian pamitan . Hanya tinggal kami bertiga. Kami mulai mengobrol seperti antara sesama sahabat. Tanpa terasa hampir 3 jam sudah berlalu dan Pak Sultan sama sekali tidak menunjukkan bahwa beliau sudah ingin mengakhiri pembicaraan. Apa saja yang dibicarakan? Walaupun tidak ada hal hal yang rahasia,namun tentunya tidak etis bila pembicaraan pribadi saya ungkapkan disini.

Intinya adalah harapan beliau,agar melalui organisasi yang saya pimpin,mengangkat kembali pengobatan tradisional (Yankestrad) ,menjadi tuan dirumah sendiri. Dan agar kegiatan ini jangan hanya dikembangkan dikota kota besar,tapi juga di desa desa terpencil.Tanpa terasa jam tangan sudah menunjukkan angka mendekati jam 11 malam. Berarti sudah hampir 3 jam kami mengobrol santai. Maka tentu saya harus tahu diri, beliau sangat sibuk.

Kami berdiri dan mohon pamit. Dan luar biasa ,Pak Sultan sendiri mengantarkan kami berdua hingga kepintu gerbang,sambil memegang pundak saya,berucap:” Pak Effendi,jangan cuma sekali ini saja datang kesini ya”.

Kilas Balik

Sejak dari pertemuan awal,saya sudah merasakan suatu kehangatan yang tulus. Sultan memandang kami dengan ramah dan mengulurkan tangannya terlebih dulu dan menjabat tangan kami dengan hangat.

Selama hampir 3 jam berbicara panjang lebar,tidak pernah satu kalipun saya mendengarkan perkataan :” anda”,yang ditujukan pada saya.Selalu mengucapkan :” Pak Effendi”. Padahal adalah hal yang sangat wajar,bila beliau mengatakan pada saya :” anda”.Karena saya bukan pejabat dan bukan siapa siapa.

Ketika kami berbicara Sultan kelihatan sangat santai dan sama sekali tidak menunjukkan:” Saya Sultan” Oleh karena itu membaca ke 3 artikel yang diposting oleh : Pak Jimmy Haryono,Pak Tubagus Encep dan Pak Hendra Wardhana, mengelitik hati saya untuk menuliskan :” Memang Sultan Hamengkubuwono X .sangat layak di cintai oleh rakyatnya.” ,karena beliau sangat rendah hati . Rasanya tidak berlebihan bila dikatakan,Sultan termasuk salah satu manusia langka di tanah air kita.

Benarlah kata pribahasa :” Buah takkan jauh jatuh dari pohonnya” .Sultan Hamengkubuwono ke I X ,sosok yang patut dijadikan panutan,memang melahirkan putra Sultan Hamengkubuwono ke X,yang juga merupakan sosok yang menjadi panutan,tidak hanya bagi masyarakat di Yogyakarta,tetapi bagi saya pribadi,juga pantas menjadi panutan seluruh lapisan masyarakat.Kendati saya pribadi ,terlahir di kota Padang-Sumatera Barat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun