Puisi dan Pesan Terakhir dari Seorang Guru
Saya ketemu Guru saya 2 tahun lalu di hotel Mariani kota Padang. Beliau sudah duduk di kursi roda. Namun dalam usianya pada waktu itu sudah mencapai 94 tahun, ternyata ingatannya masih sangat tajam. Saya menyalami beliau dan dalam hitungan detik memandang ,langsung mengingat nama saya. Luar biasa
Maka kami saling bercerita,tentang masa lalu. Tiba tiba saja saya ditanyai:” Hmmm oya anda masih ingat pesan saya dulu?’ Dan saya langsung menjawab:” Jangan sombong”. Mendengar jawaban saya, beliau memeluk saya erat erat dan matanya basah..
Setelah puas saling bercerita, saya diberikan sebuah puisi.sebagai kenang kenangan,yang saya kutip sepenuhnya disini:
Tour Di World
Tengah mendekati Finish Tour Duniawi….
Berpetualang menantang cuaca kehidupan
Kau tertegun disapa kesadaran
Selangkah lagi jarak kedepan pintu pulang
Mengapit hanya harga prilaku
Selama di perjalanan
Meninggalkan segala perolehan duniawi….
Tadinya cara penata angka nilai
Merah pada Surgawi
Setelah jasad lebur
Kembali keasalnya…..
Mei,2012
Kini Beliau sudah di Surga
Minggu lalu saya dan istri berkunjung ke kota kelahiran saya di Padang .Saya mencari beliau.Tapi saya tertegun dan seperti tidak percaya akan apa yang saya dengar . Putra beliau mengatakan:” Papa sudah pergi sejak tahun lalu Om.. kami mau kabarkan,tapi Om lagi di Australia.. Kerongkongan saya serasa kering. Saya tidak kuasa menjawab sepatah katapun..Guru saya sudah pergi menuju ke Surga,seperti puisi yang dituangkan….”Setelah jasad lebur…Kembali keasalnya….”
“Selamat jalan Guruku….nasihatmu takkan pernah kulupakan:” Jangan sombong”
Ditulis di Padang kota tercinta
Dipostingkan hari ini tanggal 28 April, 2014 di Pekalongan
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H