Mohon tunggu...
Tjhen Tha
Tjhen Tha Mohon Tunggu... Insinyur - Speed, smart and smile

\r\nIa coba menjelaskan bahwa kebiasaan dalam keluarga kita selalu menggunakan nick-name atau panggilan sayang, huruf (i) didepan nama Tjhentha bukanlah arti turunan produk Apple seperti iPhone, iPad atau iPod tapi itu adalah sebutan sayang untuk orang yang dicintai. jadi huruf (i) di depan nama itu bukanlah untuk maksud pembeda gender. Tjhentha itu sendiri berasal dari dua suku kata Tjhen Tha, karena dulu belum ada huruf C maka di tulis Tj dan aslinya adalah Chen Tha yang berarti Cin-Ta.\r\niCinta dalam artian makna orang yang dicintai dalam kondisi pasif (dicintai) karena ia masih dalam kandungan. Ketika ia sudah lahir, iCinta berubah menjadi Cinta yang berubah peran jadi aktif sebagai kata kerja atau kewajiban (mencinta). Kewajiban Cinta sama derajadnya seperti kewajiban sholat, haji, puasa, zakat dll. sebagaimana dituliskan dalam Qs 42:23.\r\n“Katakanlah hai Muhammad, tidak aku pinta upah atas dakwahku kepada kalian melainkan kecintaan kalian kepada keluargaku (Ahlulbait).”\r\nOrang tuaku menyampaikan pesan dan wasiatnya dalam namaku untuk membayarkan utang mereka kepada Rasulullah yang telah mengajarkan Islam kepada mereka.\r\nSemoga aku bisa membayar hutang-hutang kami kepada Rasulullah saw dengan men-Cintai Ahlulbaitnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bulan Suro

5 September 2021   23:50 Diperbarui: 5 September 2021   23:58 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika terkepung dipadang Karbala al Husein as tetap kukuh bertahan dan berkorban demi terjaganya ajaran suci kakeknya. 

Semua para Nabi as yang diturunkan Allah SWT, berkesempatan berziarah ke Karbala dan merasakan duka keluarga Muhammad saw. Ketika menjelang waktu melahirkanya, Bunda Maryam berjalan jauh kearah Timur berziarah membawa Nabi Isa as dalam kandungannya. Kemudian ia bersadarkan kepada pohon kurma yang memberi buahnya dan sungai furat yang mengalir dibawah untuk minumnya. Ditempat inilah Nabi Isa as dilahirkan, Karbala. 

Tradisi Suro yang diajarkan Sultan Agung sejak 6 abad yang lalu masih terpelihara rapi sampai sekarang, hanya sebagian dari kita mulai tercerabut dari kearifan lokal (local wisdom) dan menafikan ajaran yang ditanamkan para leluhur. 

"Reinventing the will", Dengan peringatan Suro, semoga kita dapat menemukan kembali kearifan lokal, kejawen, ajaran Mataram kuno pada kesucian ajaran kakeknya al Husein as.

 Labaikka Ya Husein 

Labaikka Ya Husein 

Labaikka Ya Husein

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun