Mohon tunggu...
Tjhen Tha
Tjhen Tha Mohon Tunggu... Insinyur - Speed, smart and smile

\r\nIa coba menjelaskan bahwa kebiasaan dalam keluarga kita selalu menggunakan nick-name atau panggilan sayang, huruf (i) didepan nama Tjhentha bukanlah arti turunan produk Apple seperti iPhone, iPad atau iPod tapi itu adalah sebutan sayang untuk orang yang dicintai. jadi huruf (i) di depan nama itu bukanlah untuk maksud pembeda gender. Tjhentha itu sendiri berasal dari dua suku kata Tjhen Tha, karena dulu belum ada huruf C maka di tulis Tj dan aslinya adalah Chen Tha yang berarti Cin-Ta.\r\niCinta dalam artian makna orang yang dicintai dalam kondisi pasif (dicintai) karena ia masih dalam kandungan. Ketika ia sudah lahir, iCinta berubah menjadi Cinta yang berubah peran jadi aktif sebagai kata kerja atau kewajiban (mencinta). Kewajiban Cinta sama derajadnya seperti kewajiban sholat, haji, puasa, zakat dll. sebagaimana dituliskan dalam Qs 42:23.\r\n“Katakanlah hai Muhammad, tidak aku pinta upah atas dakwahku kepada kalian melainkan kecintaan kalian kepada keluargaku (Ahlulbait).”\r\nOrang tuaku menyampaikan pesan dan wasiatnya dalam namaku untuk membayarkan utang mereka kepada Rasulullah yang telah mengajarkan Islam kepada mereka.\r\nSemoga aku bisa membayar hutang-hutang kami kepada Rasulullah saw dengan men-Cintai Ahlulbaitnya

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Blue Gold

4 Desember 2020   12:32 Diperbarui: 4 Desember 2020   12:33 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Istilah Blue-Gold pertama kali digunakan pada tahun 2000 di Novel yang ditulis oleh Clive Cussler dan Paul Kemprecos. Novel ini bercerita mengenai dua orang sahabat melawan konglomerat raksasa yang akan menguasai sumberdaya air bersih dengan menghalalkan berbagai cara. 

Kemudian istilah ini juga digunakan tahun 2008 pada film dokumenter World Water War mengenai perjuangan untuk menghentikan kekuatan yang mendominasi sumber air dunia. 

Gold atau emas yang berwarna kuning itu merupakan mineral tambang yang sangat berharga, sehingga untuk barang-barang yang bernilai tinggi akan disandingkan dengan emas. 

Minyak sebagai salah satu hasil tambang disebut dengan istilah Black-Gold, dan batubara disebut dengan Brown-Gold. 

Namun di Wikipedia istilah Blue-Gold ini disebut ambigu karena mempunyai banyak makna. 

Untuk seorang wanita harus berhati-hati menelusuri www dengan mbah Google dalam pencarian istilah Blue-Gold karena penelusuran anda akan tercatat olehnya, walaupun pada laman Virtual Shop yang menjajakan obat tetes ajaib ini selalu mengklaim akan merahasiakan identitas kastemernya. 

Pada bahasan ini kita akan menggunakan istilah Blue-Gold pada kelistrikan. Blue-Gold dalam kelistrikan adalah listrik yang dihasilkan dari energi terbarukan seperti air, angin dan matahari. Listrik jenis ini disebut energi bersih yang sangat berharga. 

Nilai Blue-Gold semakin hari semakin berharga, semenjak masyrakat dunia menyadari bahaya pemanasan global yang menyebabkan naiknya permukaan air laut. 

Pemanasan ini adalah efek gas rumah kaca dari penggunaan fossil fuel (bahan bakar minyak dan batubara) yang mengeluarkan emisi karbon ke udara. 

Menyadari hal itu, negara-negara dunia menyusun Paris Agreement untuk menahan laju pemanasan global dengan membatasi penggunaan fossil feul dan berusaha mencapai carbon neutral (penggunaan energi tanpa emisi karbon) sebelum tahun 2050. 

Negara-negara kaya karena perdagangannya secara cerdas mulai menggunakan kekuatan uangnya (money power) untuk melakukan investasi untuk mengumpulkan Blue-Gold yang akan digunakan sebagai future trading mereka. 

Negara seperti Singapore yang saat ini bertumpu kepada bahan bakar gas, mulai menanamkan modalnya membangun dan membawa pulang listrik dari panel surya di Australia. Mereka juga membeli listrik dari sungai Mekong di Laos dan merencanakan pembelian listrik panas bumi dari Sumatera Selatan. 

Negara seperti Korea dan Singapore yang tidak mempunyai sumber gas bumi tapi mereka adalah leading market dalam penjualan gas bumi. Dari pulau Batam kita bisa melihat kilang minyak raksasa milik Singapore dengan kapasitas satu juta barrel perhari dan dari sanalah kita belanja kebutuhan migas harian kita. 

Tentunya kita bisa belajar dari kesalahan masa lalu, pada saat itu kita menjual hasil gas bumi kita dari Natuna dan Grissik di Jambi ke Singapore namun tak lama setelah itu kita malah membeli kembali untuk kebutuhan gas kita. 

Mungkin saat ini kita terjebak oleh euforia kilauan investasi asing untuk menjual listrik surya dan panas bumi ke negara tetangga akan tetapi kita perlu sedikit berkontemplasi apakah kita tidak akan berlari bersama negara-negara dunia untuk mencapai carbon neutral sebelum 2050. 

Menyadari bahaya emisi karbon ini, menjadikannya produk yang dapat diperdagangkan antar negara dalam skema Carbon Credit. Indonesia baru saja mendapat bayaran dari Norwegia sebesar US$56jt dari 11 juta ton emisi CO2 yang berhasil direduksi dari sektor kehutanan dengan dasar perhitungan harga carbon saat ini US$5 perton CO2 ekuivalent. 

Tentunya tidak cukup hanya slogan "Our Blue-Gold is not for Sale" tetapi kita juga bisa menawarkan alternatif listrik bersih yang juga termasuk Carbon Neutral ke negara-negara tetangga kita. 

Sumberdaya alam kita diberkati dengan Black-Gold dan Brown-Gold, dengan mengkombinasikan keduanya secara pintar kita bisa menghasilkan listrik yang bersih dan bisa diperdagangkan.

Melintang dari Lampung sampai ke Riau banyak tambang batubara sebagai bahan baku Pembangkit PLTU untuk menghasilkan listrik dan disekitarnya juga banyak ladang minyak dan gas. Dengan teknologi CCUS (Carbon Capture Utilization Storage) emisi carbon dari PLTU ditangkap kemudian dialirkan ke ladang migas yang kemudian diinjeksikan sebagai EOR (enhance oil recovery) atau EGR (enhance gas recovery) untuk meningkatkan produksi migas. Jika beruntung nilai migas yang dihasilkan bisa melebihi biaya pembangkitan listrik itu sendiri. 

Sebagai ilustrasi, ketika kita duduk direstoran menikmati kopi biasanya pihak restoran juga menyediakan free-wifi fasilitas tambahan agar kita bisa duduk nyaman sambil menjelajahi dunia maya. 

Apakah pernah terpikir oleh kita mendapat pelayanan free-electric? Itu bisa saja terjadi ketika kita menggunakan teknologi CCUS untuk produksi migas dan membangkitkan listrik dari PLTU untuk memperoleh CO2nya. 

Fasilitas free-electric ini bisa diberikan untuk masyarakat sekitar tambang dan terpencil yang belum sempat menikmati energi listrik. 

Di samping memperoleh listrik gratis itu, mungkin juga kita akan mendapat bonus tambahan dari carbon credit bagi negara-negara yang membutuhkan carbon trading. Pendekatan pembangkitan listrik seperti inilah yang sebut Listrik Pintar atau Smart-Blue.

Semoga pendekatan smart-blue ini dapat meningkatkan gairah bisnis kelistrikan ditanah air. 

"Our Blue-Gold is not for Sale, but we can offer you Smart-Blue".

 4 Desember 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun