Banyak tuntutan dari masyarakat kepada pakde Jokowi untuk menyelamatkan Pertamina.
Di bidang politik ada bang Denny Siregar (Densy) yang sukarela membantu mencerahkan masyarakat menginterpretasi manuver dan langkah-langkah manis bidak catur pakde. Namun disektor energi masih sangat terbatas tulisan renyah yang enak dicerna dalam memahami situasi yang ada.
Bagi kita yang awam akan sulit membandingkan kepiawaian Addie MS memainkan Baton dalam Orchestra dengan keluwesan Pakde dalam menjalankan pemerintahannya.
Addie MS memainkan Baton mengandalkan pengetahuannya yang dalam tentang alat musik, cara lain permainan Pakde menarikan Baton-nya dengan kerendahan hati dan ketekunan dalam mengamati situasi akan kebutuhan rakyatnya.
Pertanyaan utamanya adalah mampukah Pertamina dan para Stakeholdernya membaca dan mengikuti alunan lembut tarian Stick-Baton Pakde.
Sebahagian kita percaya bahwa dialam ini tidak ada kejadian yang secara kebetulan dan sesuatu itu terjadi sesuai dengan rencana yang tidak terlambat sedetik atau terlalu cepat.
Jika kita tarik kebelakang pada awal pemerintahan Pakde, harga minyak dunia masih diatas seratus dolar perbarelnya dan subsidi BBM dan Listrik mencapai empat ratus trilyun rupiah setahunnya, namun secara mengejutkan alam begitu bersahabat dengan beliau dan tiba-tiba harga minyak jatuh sampai mencapai tiga puluh dolar perbarrelnya. Kesempatan emas ini digunakan beliau untuk memangkas subsidi BBM dan mengkonversikannya dengan pembangunan infrastruktur yang masif diseluruh pelosok tanah air.
Setelah tiga tahun berjalan, harga minyak yang jatuh mulai menggeliat bangkit berusaha menuju titik keseimbangan barunya. Disinilah awal munculnya suara-suara sumbang dari Symphoni Orchestra yang dimainkan.
Laporan triwulan keuangan Pertamina yang bergerak dari warna pink ke merah hati. Ekspansi program BBM satu harga ke berbagai daerah terpencil yang berdampak pada kelangkaan BBM subsidi dikota-kota besar. Ditahannya harga BBM non-subsidi terhadap kenaikan harga minyak dunia guna untuk menahan laju inflasi barang pokok kebutuhan rakyat. Kondisi-kondisi ini menjadi finger point kepada Pertamina dari para Stakeholdernya.
Sebenarnya secara kinerja sejak tahun 2014 s.d 2016 terjadi penurunan pendapatan dari 70 milyar dolar menjadi 36 milyar dolar, namun Pertamina berhasil menunjukkan peningkatan efisiensi perusahaan dengan perbaikan keuntungan dari 8,2 persen berlipat menjadi 20,73 persen. Prestasi ini layak di apresiasi oleh Kementrian BUMN.
Dividen yang disetorkan Pertamina ke Kementrian Keuangan pada tahun 2017 sebesar 12 trilyun rupiah dan pada tahun 2018 sebesar 8 trilyun rupiah merupakan setoran BUMN terbesar dari seratusan lebih BUMN diatanah air. Setoran Pertamina ini hanya kalah jika dibandingkan dengan SKKmigas dengan setoran ke kas Negara mencapai 160 trilyun rupiah dari pengumpulkan pendapatan para operator kerjasama migas.