"Tunggulah Sebentar"
Siang itu kami baru saja selesai check-out dari Hotel KOTSAR di Mashad untuk lanjutan perjalanan ziarah ke Najaf.
Keberangkatan yang tadinya dijadwalkan pukul sepuluh pagi tertunda hingga tengah malam nanti, beritanya terjadi badai gurun pasir di Najaf.
Berdasarkan pengalaman rombongan peziarah tahun2 sebelumnya, menuju dan keluar Najaf mempunyai cobaanya sendiri, mereka mengalami dua kali penerbangan yang gagal menuju Najaf.
Oleh karena itu, sejak pagi kami sudah mulai merasakan cobaan Najaf dan belum bisa meperkirakan cobaan apa lagi yang akan kami hadapi malam nanti.
Masih ada waktu sekitar dua jam lagi sebelum bis pengantar kami menuju airport. Kesempatan berharga untuk melakukan "shopping" istilah yang terlalu naif didengar dalam rangkaian kegiatan ziarah suci, apalagi jika dikhawatirkan akan mengganggu kekhusukan ritual ziarah.
Sejak manasik persiapan keberangkatan ziarah sering dibahas agenda acara dan penyisipan "free-time" untuk melakukan -shopping, terdengar janggal dan sangat menganggu rencana ziarah. "Apa sih kedunian yang ingin diperebutkan, ketika kita sedang merebut akhirat?".#shopping
Teringat obrolan malam terakhir ketika di Qom, beberapa anggota peziarah mulai memamerkan hasil perburuan berbelanja batu cincin, saling mengungkap berbagai kelebihan, keindahan dan harganya.
Ikut nimbrung dalam celotehan mereka, saya sampaikan kalau saya tidak saja menggunakan batu cincin bahkan cincin mas kawinpun tidak.
Namun dengan lembut ustadz Adlany yang mendampingi kami di Qom mengatakan banyak hadits2 dari Aimah yang mengutamakan dan manfaat pemakaian batu cincin di jemari sebelah kanan.
Karena itu memakai cincin akan mencirikan seorang mukmin tapi orang yang tidak memakai batu cincin tetaplah merupakan seorang muslim.
Ternyata batu cincin bukan hanya ada di hadits para Imam as saja, malahan Allah SWT menurunkan khusus tentang "Ayat Cincin" yang di tujukan kepada Amirul Mukminin (Imam Ali as) saat beliau memberikan sedekah berupa cincinya kepada peminta ketika sedang rukuk dalam sholatnya.
"Sesunguhnya pemimpin kamu hanyalah Allah, Rasul-nya, dan orang yang beriman yang mendirikan sholat dan mengeluarkan zakat ketika sedang rukuk. (Qs 5:55)
Kami pahami kemudian pentingnya acara shopping dalam ziarah, dan ziarah dalam shopping sebagai satu kesatuan, terutama pada ajaran ahlulbait yang penuh akan simbol2 kesucian dan ungkapan keindahan cinta melalui berbagai aksesoris.
Kamipun melangkah menuju pertokoan sekitar hotel, untuk memanfaatkan waktu yang tersisa "Shopping" batu cincin, kesempatan yang tidak kami dapatkan ketika di Qom dan nyaris kehilangan disini, "whismeluck" semoga kami mendapatkan Kotsar (nikmat yang besar).
Jika memilih berlian didasarkan pada 4C (cut, carat, clarity & cleanest), maka memilih batu cincin dapat didasarkan dari keindahan bentuk, ukiran ikatan, hiriz (penjagaan/tulisan) dan jenisnya.
Walaupun terkendala bahasa, pendekatan teknologi "google translate" membantu komunikasi kami dengan penjual cincin.
Penjual batu merekomendasi batu akiq merah yamani karena ketinggian derajadnya sebagai batu yang pertama dalam bertauhid. Keutamaan cincin bisa ditambahkan dengan menyisipkan debu turbah didalamnya menurut sang penjual.
Malah seorang temen berpesan agar cincinnya ditabaruki pada zarih para Imam as ketika berziarah. Sungguh suatu keyakinan keberagamaan yang masih asing dan penuh mistik bagi kami.
Ketika masuk tahapan tawar menawar, penjual cincin mulai menggunakan perlengkapan teknologi timbangan digital, kalkulator dan smartphone untuk translasi. Sebenarnya kami tidak begitu yakin akan manfaat timbangan digital apakah itu akan menimbang batunya atau perak pengikat.
Kalkulator membantu penjual menghitung berat cincin dalam harga toman dan Didi membantu kami menghitung toman dalam dolar. Ketrampilan Didi berbahasa dalam angka membuat penjualnya terkesan dan tersenyum.
Ketika kesepakatan akan tercapai, ada sedikit kendala pada ukuran cincin yang sedikit kebesaran. Sepertinya kami tidak mempunyai cukup waktu untuk menunggu cincin dipotong dan dilas kembali.
Melihat kami kecewa dan akan beranjak, penjual toko berteriak:
"Muntazar...Muntadzar" sambil memberi isyarat.
Kami menunjuk Didi bernama Muntadzar, Apakah dia memanggil Didi atau mungkin dia membutuhkan kalkulatornya untuk memberikan penawaran harga yg baru.
Sambil kebingungan, penjual mengetikkan "Muntazar" di smartphone dan menunjukan kpd kami setelah translate: "Tunggu Sebentar" maksudnya.
Setiap budaya menggekspresikan berbeda untuk maksud yg sama. "Wait a minute" bagi orang Inggris tunggulah sesaat. Orang Jerman suka mengatakan "twei seconde" tunggulah agak sesaat. Penjual cincin Parsi itu mengatakan "muntazar" mungkin maksudnya tunggulah segera akan datang.
Penjual berlari ke gedung sebelah dan segera kembali, mengatakan, tunggulah cincinya pasti datang.
Kami tersenyum bukan saja nama Didi yang disebutnya tetapi makna nama tersebut pada realita hidup sehari2.
Ketika kita mengatakan "Muntazar" untuk berharap agar cincin tersebut segera datang, pada saat yang sama kita berharap masalah dan urusan kita segera terselesaikan.
Menunggu bagi kebaikan Didi dengan berharap melalui Al-Muntazar penyelesaikan semua masalah....Ya Imam - Ya Mahdi Al Ajal