(Go East) beralih dari barat ke wilayah timur
(Go East) beralih dari daratan ke lautan
(Go East) beralih dari sumur dangkal ke sumur dalam
(Go East) beralih dari produksi minyak ke produksi gas
(Go East, this is what we were gonna do, Go East)
(Together) We will go our way
(Together) We will leave someday
(Together) Your hand in my hand
(Together) We will make our plans
(Together) We will fly so high
(Together) Tell all our friends good-bye
(Together) We will start life new
(Together) This is what we will do
Head East atau menuju timur, kita akan menghadapi tantangan-tantangan yang harus ditaklukan, namun dibaliknya juga menawarkan kesuksesan, kehangatan dan kecerian sinar matahari pagi (Orient).
Proyek Gas Tangguh
Salah satu proyek migas yang besar di wilayah timur adalah Proyek Gas (LNG) Tangguh yang berada di kedalaman laut teluk Bintuni Papua. Proyek ini pertama kali di eksplorasi oleh Pertamina dan Arco pada 1997 dan menemukan cadangan gas mencapai 18,3 tsfd yang merupakan salah satu cadangan yang terbesar didunia.
Namun sayangnya, ketika Proyek Tangguh akan masuk tahapan produksi dan operasi pada April 2003 Pertamina dipaksa menyerahkan Penguasaan Proyek Tangguh kepada British Petroleum (BP) dengan alasan atau atas dasar UU Migas 2001 yang baru dibuat dan disusun oleh anak bangsa atas bantuan pihak asing. Undang-undang ini bertujuan untuk mengkebiri/handcuff perusahaan minyak nasional dari menguasai dan mengelola sumberdaya alamnya sendiri. Kasus yang sama juga terjadi pada Proyek Cepu pada tahun 2005 dimana Pertamina dipaksa menyerahkan kekuasaanya sebagai operator kepada Exxon-Mobil.
Train-3 & Asset Management
Proyek pembangunan kilang gas Tangguh yang ketiga direncanakan akan dimulai akhir tahun ini, dengan perkiraan awal investasi sebesar $12 milyar yang kemudian dikoreksi menjadi $8 milyar dengan alasan akibat jatuhnya harga minyak mengakibatkan harga barang/komponen juga ikut turun.
BPmigas yang lahir akibat pengkebirian Pertamina oleh UU Migas 2001, dan yang kemudian dibubarkan oleh MK (Mahkamah Konstitusi), sehingga harus mentransformasi dirinya menjadi SKKmigas dibawah lembaga pemerintah, dan saat ini sedang berambisi beralih untuk menjadi BUMN Pengelola Asset Proyek Migas.
Namun, tampaknya mereka belum berhasil unjuk gigi dengan penggunakan kesempatan sebagai badan pengelola asset, pada proyek Tangguh untuk pembangunan Train-3. Saat ini kita sudah mempunyai 6 Train dari proyek Arun Aceh yang tidak terpakai lagi dan ada 8 Train pada Proyek Badak Bontang, fasilitas ini sangat potensial untuk direstorasi menjadi Train-3 Tangguh dengan biaya yang relatif murah.
Harus dipahami Badan Pengelolaan Asset bukanlah unit yang hanya mengitung nilai sisa barang loakan saja tetapi lebih kepada pembangunan kemampuan reenginering teknologi untuk meningkat nilai sisa peralatan yang sudah tidak terpakai.
Misalnya, dengan adanya praturan zero flare akan dibutuhkan paket fasilitas sweethening dan gen-set untuk pemanfaatan gas flare pada sumur-sumur produksi, ketika sumur-sumur ini mulai tidak produktif fasilitas tersebut dapat direlokasi pada wilayah kerja yang lain. Oleh karena itu pengelola asset migas harus mempunyai kemampuan dan bengkel restorasi yang kreatif dan inovatif untuk memfungsikan kembali asset-aset yang sangat berharga.