ESDM-1 Wanna Be #colekPakde
Setelah pak Arcandra Tahar (AT) dicopot dari jabatan Menteri ESDM, banyak beredar usulan dari asosiasi yang Belakangan ini ramai dibicarakan mengenai calon menteri ESDM, berbagai asosiasi dan lembaga mengusulkan orang-orang terbaiknya sebagai calon penganti menteri. Mungkin juga pakde Jokowi juga bisa melirik koh tjhen tha (Cinta) sebagai alternatif lainnya.
Dari semua skenarion yang disusun berdasarkan php - pemberi harapan palsu tersebut, sequel "Batman Return" yang dilakoni oleh AT adalah yang paling serem dan menakutkan, namun kemunculan tjhen tha bukanlah sinopsis bagian dari sequel dengan judul "Down of Justice" dimana Batman diduetkan dengan Superman yang disebut juga "Man of Steel" tapi ini merupakan sequel antagonisnya dengan karakter yang kuat dikenal dengan sebutan "Mind of Steel" dan akan menggunakan title "Up-Hold of Justice".
Dalam kompetisi dan perebutan jabatan atau kekuasan dari intitusi terkadang kita abai terhadap main-objective yang hendak dicapai dan terjebak pada ego pribadi melalui real fight between hero.
Secara sederhana pemahaman tujuan utama esdm saat ini dan jangka pendek adalah menjamin tersedianya sumber energi dan terjangkau pada masyarakat.
Jika saja energi listrik yang dibutuhkan sebagian besar masyarakat tidak tersedia diluar jawa dengan baik, terkadang nyala terkadang mati, sehingga menjadi joke ditengah masyarakat PLN sebagai Perusahan Lilin Negara, maka kondisi ini disebut tidak tersedianya energi yang dibutuhkan masyarakat.
Begitu juga, jika masayarakat papua harus membeli bensin seharga Rp50rb perliter sementara dijawa harganya hanya Rp6rb, maka kondisi ini disebut energi tersedia namun tidak terjangkau masyarakat.
Sepertinya Alam sangat bersahabat dengan pemerintahan pakde Jokowi, awal pemerintahannya ditandai dengan terjun bebas harga minyak sehingga beliau bisa menghapus subsidi untuk direalokasi ke infrastruktur dan menurunkan harga minyak menjadi sangat terjangkau dan membuat orang cenderung bersikap boros.
Tentunya seorang pimpinan esdm harus bisa menarik pelajaran dari kisah Nabi Yusuf as, beliau menghemat hasil panennya selama 7 tahun untuk menghadapi 7 tahun masa paceklik kedepan.
Kita harus waspada dengan kondisi produksi minyak kita yang hanya 800rb barrel perhari dan konsumsinya dua kalinya, jika saja besok harga minyak kembali diatas $100 perbarrelnya, maka NKRI akan collaps, demonstrasi dimana-mana akibat dari naiknya harga-harga barang dan kebutuhan subsidi yang tinggi yang akan menyebabkan kita kembali pada cengkraman rentenir dunia.
Tugas utama esdm adalah mencari cadangan minyak untuk kebutuhan 7 tahun kedepan, dengan cadangan saat ini 3,6 milyar barrel dan tingkat produksi saat ini makan minyak kita akan segera habis.
Dengan kondisi seperti ini mungkin kita bisa mempertanyakan kepada pakde mengapa memilih pakar dari bidang produksi sebagai orang kepercayaannya di esdm.
Mungkin pertanyaan tersebut bisa dijelaskan begini, secara tradisi pada masa jaya lalu, sektor minyak yang paling besar yang dapat memberikan kontribusi langsung pada APBN mencapai Rp300Trilyun dan jika dihitung dengan pajak-pajak lainya bisa mencapai Rp800Trilyun. Bandingkan dengan batubara yang hanya Rp50Trilyun dan galian tambang lainnya Rp30Trilyun.
Namun dengan pemahaman kondisi pasar, perkembangan teknologi dan sumberdaya alam saat ini, maka para pakar geologislah yang menjadi key-point dan lebih relevan mendeskripsikan kekayaan sumberdaya alam kita untuk dieksploitasi.
Didalam ESDM sendiri Badan Geologi mestinya merupakan inti dan prime-mover yang menjadi pengerak unit-unit diluarnya yang didukung lembaga penelitiannya sebagai pendukung unit teknis melakukan kebijakan eksploitasi sumberdayanya, seperti minyak, panasbumi, batubara, mineral dll.
Perubahan pendekatan baru dari eksploitasi hasil tambang kedepan adalah memberikan added-value terhadap hasil tambang yang selama ini hanya dijual langsung berupa raw material, seperti sebagai berikut.
Minyak dan Gas Bumi,
Mulai 7 tahun kedepan negara-negara maju mulai beralih dari menggunakan BBM/BBG ke energi listrik untuk transportasinya.
Jadi kalau ada rencana pertamina membangun kilang di tahun 2025 di perkirakan akan usang, oleh karena sebaiknya dibangun kilang yang bisa menjadi petrochemical industri. Kedepan Gas bumi mungkin lebih banyak digunakan untuk pembangkit listrik untuk mendukung transportasi.
Batubara,
Selama ini kita banyak mengeksport batubara ke China, India dan Jawa, kedepan batubara tidak lagi dijual berupa bahan mentah namun dapat dilakukan pembankitan listrik mulut tambang dan disalurkan melalui Asean Electrical Interconection.
Indonesia dapat menjadi pionir penerapan teknologi transmisi baru yang lebih efisien HVDC (High Voltage DC) yang dapat menyalurkan energi listrik melalui kabel bawah laut untuk mengalahkan pipa-gas dan tongkang batubara. Teknologi ini menjalar dibawah tanah pada kota besar tanpa harus menggunakan SUTET.
Tambang Mineral,
Tambang nikel atau bauxitt yang ada disulawesi tengah dapat dibangun smelter dilokasi dengan sumber energi migas dari Sengkang atau Luwuk. Begitu juga tembagapura di papua mestinya tidak harus membangun smelter di gersik yang sudah padat penduduk tapi dapat dibangu dilokasi dengan sumber energi dari PLTA sungai Mambramo. Kebutuhan diesel tambang ini juga tampaknya tidak di supply dari RU7 Kasim-Sorong melainkan dari Singapura.
Satu hal yang sangat minim kita lakukan adalah eksplorasi melalui survei dan pengeboran, sehingga kita digelari pemalas eksplorasi dibanding Malaysia yang disebut agredif dalam satu decade telah berhasil melakukan 3 kali dicovery sehingga cadangannya meningkat menjadi 3 kali cadangan migas kita.
Kalau dibaca dari buku Renstra (Rencana Strategis) tidak ada upaya-upaya yg meningkat pencarian cadangan, menarik dikala harga minyak jatuh malah kita meningkatkan produksi yang mestinya lebih murah mengimport minyak. Malah abai kegiatan eksplorasi walaupun biaya eksplorasi untuk discovery relatif lebih murah karena banyak rig2 yang tidak terpakai saat ini.
Disamping itu kita malah menjalankan program pembangunan kilang besar2an ketika masyarakat dunia mulai melakukan energy shift ke listrik.
Satu hal yang positip adalah menjalankan program pembangunan kilang mini agar hasil migas daerah tersebut dapat langsung dimanfaatkan oleh masyarakat lokal. Pembangunan infrastruktur pipa gas sebaiknya meniru pembangkitan mulut tambang di batubara, agar listriknya dapat dibangkitkan bukan pengiriman gas ke end-user.
Revisi Undang-Undang Migas
Sudah banyak pembicaraan mengenai urgensi revisi undang2 migas yang disusun atas bantuan dan kepentingan asing, namun umumnya orang gagal mengartikulasikannya.
Salah satu yang harus direvisi adalah wewenang pemerintah untuk melakukan eksplorasi terutama disaat harga minyak jatuh, yang selama ini dilakukan oleh kontraktor kerjasama asing. Sehingga jika terjadi temuan/discovery menjadi milik negara, bandingkan pertamina hanya memiliki 125 ribu bopd yang hanya 15% produksi nasional.
Salah dua yang harus dilakukan adalah mengembalikan skkmigas dibawah pertamina agar produksi pertamina melompat menjadi 825rb bopd mengejar petronas dengan 1200rb bopd dan menempati rangking atas di Fortune 500. Saat ini kita masih terseok-seok dibawah Perusahaan Minyak Thailand dan segera dikejar Vietnam. Seorang pensiunan pertamina ngejoke, kalau dulu mereka dengan pegawai hanya 200 orang punya produksi 2jt bopd bandingkan skk yang sekarang pegawainya 1200 orang dan produksi makin menurun tinggal 800rb bopd dan dana operasinya trilyunan rupiah.
Sebagai perbandingan pemerintah india membelanjakan $1Milyar untuk kegiatan eksplorasi dan hasilnya 4 perusahan minyak India berada disepuluh besar rangking Fortune 500.
Apakah seorang ESDM-1 berani belanja eksplorasi seperti India dan mendapatkan cadangan minyak seperti Malaysia yang wilayahnya hanya 15% dari NKRI. Mungkin ia bisa lebih memilih jalan aman membangkitkan semua gas, batubara dan panasbumi ke listrik dan memperkenalkan mobil listrik sebagai alat transportasi.
Jika nantinya ESDM-1 menggunakan dana infrastruktur senilai Rp10T untuk eksplorasi yang relatif kecil dibanding dana Kementrian PUPR dan Perhubungan, apalagi dilihat dari kontribusi tahunan migas ke APBN, perlu dibentuk perusahaan baru yang dinamakan PertaMigas agar lebih terukur kinerja, hasilnya dan lebih loyal ke ESDM ketimbang ke BUMN.
Synergy Kinerja Perusahaan ESDM-1;
Pertamina,
Kinerjanya relatif lagi mengkilap terutama setalah berhasil membeli ladang minyak Irak dengan kapasitas 1jt bopd dan crudenya diproses di Singapore sebelum masuk kesini. Ditambah lagi dengan pembelian dua ladang minyak Iran dengan cadangan masingmasing 4 milyar barel. Cara gampang mendapatkan cadangan dan produksi tanpa eksplorasi tapi cukup shooping saja.
Dengan kondisi ini Pertamina sudah sebanding dengan Petronas, minimal musim depan sudah dapat mensponsori balapan jet darat team Ferrary agar bersaing dengan Petronas yang mensponsori team Mercedes.
Pertamina juga dapat mengerakan perekonomian rakyat dengan mendorong Koperasi Desa untuk mengoperasikan ribuan sumur tuanya.
PGN,
Tadinya PGN merupakan anak perusahaan pertamina yang menjual Gas-Flare. Saat ini kita memiliki 250 MMCFD gas flare yang belom dimanfaatkan. Jika dibangkitkan bisa menghasilkan 1000MWatt dengan memberikan pendapatan pertahunannya sekitar Rp15T. Saat ini emcl-pun masih membakar 50mmcfd.
Bandingkan gas yang di flare dengan gas yang dihasilkan dari CBM (Coal Bed Methane) hanya 0.5 mmcfd aja masih dimanfaatkan.
Mestinya PGN yang selalu bersaing dengan pertamina bisa fokus pada supply-gas ke PLN melalui pipa ke Natuna ketimbang dikirim ke Singapore selama ini atau mencarikan gas import murah dari luar negeri. Agar membesar dan masuk Fortune 500.
PLN
Seperti perusahan Utility China yang berhasil masuk dalam top-ten Fortune 500, maka PLN dapat fokus pada pembangkitan mulut tambang batubara dan gas-field ditambah dengan anak perusahan panas buminya dengan pertamina bisa menyediakan energi listrik yang murah untuk memasak dan transportasi dimasa depan. Dapat mempertimbangkan energi nuklir jika dapat menekan biaya operasi dan penggunaan HVDC transmisi yang lebih efisien.
Aneka Tambang dan Bukit Asam
Dapat menjadi penyedia energi tambang yang murah melalui anak perusahaanya dengan PLN dan menghasilkan produk mineral dengan nilai tambah tinggi melalui smelter yang dibangunya.
Akhirnya, menjadi ESDM-1 menjadi target yang berat dan membosankan, mungkin banyak calon2 yang siap2 mundur. Hanya kepiawaian dalam berdiplomasi yang bisa membuat bertahan.
Kisah Dirjen Pajak tahun lalu yang mengundurkan diri karena target yang tak tercapai, namun mangement yang sekarang lebih mahir berkelit dengan menurunkan target pencapaian pemasukan pajak dengan alasan tidak realistis dan malah memotong anggaran belanja pemerintah dan mengalihkan sasaran amnesty pajak dari luar negeri kedalam negeri.
Semoga ESDM tetap menjadi penompang utama pembangunan nasional, dan mengalahkan kementrian Bu Susi dan Dirjen Pajak yang menikmati insentif yang istimewa atas kinerjanya.
Demikian, Semoga menginspirasi dan bermanfaat.
Salam Revolusi Mental !!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H