http://m.kompasiana.com/tjhentha/masjid-jamkaran-iran_567f393c727e61da103cfd27
Persaingan bangsa Arab-Irak dan bangsa Persia-Iran sebagai pecinta Ahlulbait sudah ada sejak zaman Rasulullah saw, ketika para sahabat menanyakan mengapa beliau lebih mencintai Salman-Persia ketimbang Abu Dzar-Arab, beliau menjawab dengan menguji mereka bagaimana membelanjakan makan uang yang diberikan dan diminta untuk menceritakan kembali daftar belanjaannya diatas batu yang dipanaskan. Abu Dzar membacakan daftar belanjaannya sampai kakinya kepanasan, namun Salman membagikan semua uangnya pada fakir miskin tanpa harus menunggu kakinya melepuh dia sudah selesai melaporkannya.
Bangsa Parsi mempersiapkan Masjid Jamkaran yang luas dan megah di Qum sebagai tempat awal kemunculannya Imam Mahdi atjf untuk mengumpulkan 313 orang pasukannya. Nama kota Qum sendiri identik dengan gelar Imam Mahdi atjf sebagai Al-Qaim orang yang akan datang menegakkan kebenaran.
Bangsa Arab di Irak sangat bangga dengan status mereka sebagai pembantu dan pendukung Al-Qaim seperti disebutkan dalam hadits-hadits Biharul Anwar yang mereka tulis besar-besar di spanduk sepanjang dinding makam Abu Fadhl Abbas as. Apalagi Imam Mahdi akan menjadikan Masjid Sahlah sebagai pusat komando dan pemerintahannya kelak.
Sampai saat ini kita belum tahu pasti bentuk akhir tempat tinggal Imam Mahdi as di Masjid Sahlah dan bagaimana beliau menjalankan pemerintahannya dari sana. Apakah Masjid Sahlah akan berfungsi sebagai pusat pertahanan seperti gedung Pentagon di Amerika atau seperti "War-Room Russia" yang lebih modern dibangun tiga tingkat dibawah sungai Moscow.
Pada pertengahan tahun 2013 lalu, salah satu bangunan yang merupakan koridor dari courtyard atau bagian halaman gedung masjid Sahlah diresmikan. Koridor/Sahn itu diberi nama Syaidah Narjis Khatoom yang merupakan nama Ibunda tercinta Imam Mahdi atjf yang merupakan seorang putri kerajaan Romawi, pengikut setia Nabi Isa as yang menyamar menjadi budak agar dapat menyeludupkan dirinya ke Samara-Irak dan bertemu Imam Hasan Askari as, ayahanda Imam Mahdi as.
Didalam Masjid Sahlah disalah satu koridornya terdapat Makam Nabi Idris as yang disarankan untuk kita melakukan shalat dua rakaat, disitulah rumah Nabi Idris as dan tempat beliau menjalankan profesinya sebagai penjahit. Rumah itu bisa dibilang sebagai "Rumah Mode" tertua sebagai cikal bakal teknologi menjahit, membentuk berbagai model baju dan pakaian pertama kali dikembangkan dan diperkenalkan, jauh sebelum Rumah Mode di Paris atau Bandung ada.
Berikutnya adalah makam Nabi Ibrahim as, tempat Nabi Ibrahim as berdakwah memperkenalkan Islam kepada Raja Namrud, sampai akhirnya beliau ditangkap dan diperintahkan untuk dibakar. Disitu Nabi Ibrahim as berdoa dan bertawasul kepada Nabi Muhammad, Ali, Fatimah, Hassan dan Hussein agar api tidak membakarnya. Oleh karena itu kita disarankan untuk berdoa ditempat itu dengan bertawasul kepada kelima makhluk suci tersebut agar terlepas dari panasnya api Neraka.
Di sudut berikutnya adalah makam para Nabi-Nabi as, yang semua pernah sholat di Masjid Sahlah, termasuk Nabi Muhammad saw dalam perjalanan Mikrajnya beliau juga mampir kesini.
Salah satu sudut Masjid Sahlah terdapat Makam Nabi Khidr as, tempat beliau selalu sujud dan bermunajad kepada Allah SWT. Beliau termasuk yang hadir dan menyaksikan peristiwa Karbala. Ketika rombongan tawanan keluarga suci Rasulullah dibawa dari Karbala-Kufah-Syam dimalam harinya ketika kafilah beristirahat sering terdengar suara tangisan dan ratapan orang asing dikegelapan malam. Itulah suara tangisan Nabi Khidr as kata Imam Zainal Abidin as dan Imam Muhammad Bagir as.