Batik Tambal; berupa kain panjang yang digunakan sebagai selimut yang dipakai pada si sakit agar segera sembuh.
Batik Pamiloto; berupa kain panjang yang digunakan pada saat pertunangan dan diharapkan menjadi perekat hubungan keduanya.
Dlam falsafah Hindu-Jawa, motif batik dengan berbagai makna, seperti Sawat Melambangkan mahkota atau penguasa tinggi, Meru melambangkan gunung, Naga melambangkan air, Burung melambangkan dunia atas, Lidah api melambangkan nyala atau geni.
Kalau ditarik jauh kebelakang mungkin kegiatan membatik sudah ada sebagai warisan nenek moyang kita dulu. Namun istilah kata Batik sebagai simbol/pesan mulai dipopulerkan sejak zaman penjajahan Belanda. Para ulama yang tertindas menggunakan strategi komunikasi diantara mereka dengan menulis titik (amba titik) pada kain batik untuk mengirim pesan perjuangannya.
Ide ini diambil oleh para ulama nusantara yang terinspirasi dari kata-kata Imam Ali bin Abi Thalib yang mengisyaratkan penggunaan titik pada simbol-simbol perjuangannya: "Aku adalah titik dibawah huruf ba dalam Basmalah"
Huruf "Ba" sangat penting karena merupakan huruf awal dari kalimat "Bismilaahirrohmaanirrohiim" seperti yang tertera pada bagian pangkal dari batik bendera Cirebon, yang mempunyai arti “dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Menurut kalangan tarekat Cirebon, kata "Batik" merupakan singkatan dari "Ba Titike ning esor" dengan makna "Bagiya sing Andhap Asor".
Makna dan arti dari peribahasa jawa tersebut adalah, huruf "Ba" (huruf kedua hijaiyah Arab) mempunyai Titik pada bagian bawahnya, Berbahagialah orang yang berlaku rendah hati.
Akhirnya, warna Coklat SOGA dan huruf BA dalam filosofi BATIK keduanya mengajarkan kita pada kesederhanaan dan rendah hati untuk mendapatkan hidup BAHAGIA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H