Sebagai penghormatan pada hari Batik Nasional, mari lebih sedikit kita mengenal berbagai keindahan makna dan filosofis kain Batik. Kata "Batik" diambil dari dua gabungan kata bahasa Jawa, "Amba" dan "Titik" yang berarti menulis/mengambar titik. Teknik menulis atau melukis batik sangat berbeda dengan teknik melukis konvesional yang memberi warna langsung pada objek lukisan/kain. Membatik adalah melukis pada kain untuk menutupi warna utama dengan menggunakan malam (wax-lilin) kemudian memberikan warna latarnya pada proses pencelupan.
Batik Sogan adalah kain batik yang didominasi oleh warna coklat yang menggunakan pewarna dari kayu soga. Batik Sogan yang berwarna coklat ini bersifat klasik dan abadi karena tetap digemari dari masa kemasa. Warna coklat ini sebagai perlambang kesederhanaan dan kerendahatian dalam kehidupan.
Batik Sogan, menjadi ciri khas batik Keraton dari Jogja dan Solo. Daerah pesisir pantai utara Jawa seperti Pekalongan, Cirebon dan Semarang banyak menggunakan warna-warna cerah seperti merah, kuning dan biru.
Sedikit perbedaan warna batik Sogan Jogja didominasi warna hitam dan putih, sementara batik Sogan Solo didominasi warna hitam dan kecoklatan
Legenda Cinta dibalik Batik; Dahulu pada lingkungan keraton ada bagian perbekalan yang bertugas mempersiapkan pakaian prajurit dan panglima. Raja sangat terkesan dengan berbagai corak kain yang digunakan para pasukannya, sehingga beliau minta dibuatkan juga baju pasukan untuknya yang dapat membuatnya merasa menyatu dengan para prajuritnya.
Raja sangat terpesona dengan keindahan baju batiknya dan mendatangi pusat pembuatan batik tersebut. Dia mendapati ternyata pembuat desain dan corak batik yang indah itu adalah seorang putri yang tekun dan pintar. Akhirnya beliau meminangnya untuk menjadi Ratu.
Kemudian sang Ratu mendisain motif batik yang terusun diagonal yang ditulis dari sisi bawah keatas yang mempunyai makna bahwa pemakainya memiliki garis keturunan raja, motif ini dikenal dengan nama Parang Kusuma.
Corak atau Motif batik mempunyai makna dan pesannya tersendiri bagi sipemakainya.
Batik Kawung; biasanya dipakai oleh Raja dan kalangan Istana sebagai lambang keperkasaan dan keadilan.
Batik Parang Kusuma; digunakan pada saat tukar cincin dan diharapkan menjadi seperti bunga yang mekar indah.
Batik Truntum; dipakai saat pernikahan, diharapkan orang tua bisa menuntun calon pengantinnya.