Mohon tunggu...
Tasia Rosalina
Tasia Rosalina Mohon Tunggu... -

Exploring environmental engineering student. Currently studying at Surya University.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Melihat Praktik Kota Ekologis Surabaya di Pusat Daur Ulang Jambangan

19 Juli 2018   07:00 Diperbarui: 19 Juli 2018   11:56 4113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu tong sampah terpisah di Taman Bungkul, Surabaya.

Sedangkan sampah organik basah seperti sampah dapur atau sisa makanan diolah menggunakan larva/belatung lalat hitam (Black Soldier Fly / Hermetia illucens). Teknologi ini dikembangkan oleh Puspa Agro di Sidoarjo yang bekerja sama dengan lembaga FORWARD-EAWAG dari Swiss. Larva BSF dapat menguraikan sampah organik hingga 80 persen dalam waktu 1-2 bulan. Selain itu larva ini memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai pakan ikan dan hewan ternak.

Pembusukan sampah organik oleh larva BSF.
Pembusukan sampah organik oleh larva BSF.
2. Sampah anorganik

Sampah anorganik diangkut dari tong sampah rumah-rumah menggunakan gerobak. Berhubung pemilahan sampah di RT kelurahan Jambangan masih sebatas organik dan anorganik, maka seluruh sampah anorganik warga dicampur jadi satu kantong kresek. Oleh karena itu proses pemilahan harus dilakukan agar sampah dapat dijual atau dimanfaatkan kembali.

Motor pengangkut sampah kelurahan Jambangan.
Motor pengangkut sampah kelurahan Jambangan.

Sebelum dipilah, sampah-sampah ditimbang terlebih dahulu untuk menghitung berat sampah yang masuk ke bak penampungan. Bak penampungan ini akan membawa sampah ke conveyor belt untuk dipilah. Pemilahan dilakukan secara manual oleh sekitar 7-10 karyawan yang memisahkan sampah yang diletakkan di conveyor belt berdasarkan jenis-jenisnya.

Proses pemilahan sampah anorganik di PDU Jambangan.
Proses pemilahan sampah anorganik di PDU Jambangan.
Pemilahan sampah bungkus makanan (kiri) dan sampah botol plastik (kanan).
Pemilahan sampah bungkus makanan (kiri) dan sampah botol plastik (kanan).
Ada sekitar belasan jenis sampah yang dipisah, dari botol plastik, kantong kresek, kertas, kotak minuman, kardus, kaca, kaleng, karet dan sepatu, tali, residu seperti tisu bekas, dan masih banyak lagi.

Tumpukan sampah anorganik - kaleng, karet, dan tali.
Tumpukan sampah anorganik - kaleng, karet, dan tali.
Kemudian sampah yang sudah dipisah akan ditekan di mesin press, agar lebih mudah diangkut sebelum dijual ke pihak ketiga.

Selain kedua unit di atas, saya juga melihat prototype unit pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) yang baru dikembangkan. Prototype ini merupakan hasil kerja sama  dengan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, dan menggunakan bahan bakar aluminium foil dan ranting kayu (sebagai starter) untuk menyalakan listrik PDU Jambangan.

Prototype unit PLTSa di PDU Jambangan.
Prototype unit PLTSa di PDU Jambangan.
Bersama Pak Adi dari DKRTH Kota Surabaya.
Bersama Pak Adi dari DKRTH Kota Surabaya.
Bersama dengan upaya pengelolaan sampah lainnya yang berjalan di kota Surabaya, PDU Jambangan berkontribusi dalam pengurangan jumlah timbunan sampah ke TPA Benowo, yang awalnya sebesar 2.913.181,80 kg/ hari turun menjadi 1.571.619,3 kg/hari (DKRTH Surabaya, 2016). 

Minimalisasi limbah ini tentu saja memberikan keuntungan tidak hanya dalam pengendalian pencemaran lingkungan, penghematan sumber daya dan kesehatan masyarakat, tapi juga pada sisi ekonomi. Pemerintah kota Surabaya dapat menghemat biaya yang sangat besar untuk pengangkutan dan pengelolaan sampah di TPA, dan dapat memanfaatkan pupuk hasil pengomposan sampah organik. Bagi masyarakat, usaha dan inisiatif lokal seperti bank sampah dan kerajinan daur ulang dapat memberikan keuntungan tambahan.

Sebagai praktik nyata kota ekologis, hal ini tidak akan terwujud tanpa sinergi antara program Pemerintah Kota Surabaya yang konsisten dan komprehensif, serta partisipasi aktif masyarakat yang sadar lingkungannya. Saya harap Jakarta dan kota lainnya juga dapat menerapkan prinsip kota ekologis yang serupa, atau lebih baik dari kota Surabaya. Sampai jumpa lagi kota #panutanku Surabaya! You will be missed. :)

Tasia Rosalina Tedjo Purnomo - ENV2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun