“Tapi babi hongnya bagaimana?”
“Tidak usah!”
“Saya tidak enak, Emak suka babi hong”.
“Ya sudah kalau tidak enak, gimana?”
“Saya mau tetap beli”.
“Lalu mau dikemanakan? Ke Emak kan? Nggak bisa! Ya sudah, kasihkan Pastor Paroki saja babi hongnya!”
Saudara saudari yang terkasih,
kalau Tuhan menghendaki, walau kita menghindar, kita akan tetap mati. Maka lebih baik kita berkata “let’s do the best, let God do the rest”. Mari kita berbuat sebaik mungkin dan serahkan yang terbaik kepada Allah.
Mari kita mengembankan hidup sebaik mungkin, sesuai jalan yang ditunjukkan Yesus, hingga kita berada dalam puncak kehidupan, berhasil. Maka orang berkata sedang bahagia-bahagianya, sedang sukses-suksesnya, sedang damai dan sejahtera ia dipanggil Tuhan.
Dan pada saat itu adalah saat yang bagus, saat menyerahkan waktu kematian kepada Tuhan. Saat diberi kesempatan hidup lebih lama,
mari kita berseru seperti Nabi Yesaya dalam Yesaya 6:8 “Ini aku, utuslah aku”, dan saat kita akan dipanggil Tuhan segera, kita berserah seperti Yesus yang mengulangi Mazmur 31:6, ditulis pada Lukas 21:46, “ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu”. Di situlah, baik hidup maupun mati kita bahagia, baik hidup maupun mati kita memuliakan Tuhan.