Mohon tunggu...
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widarmanto Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan praktisi pendidikan

Lahir di Ngawi, 18 April 1969. Pendidikan terakhir S2 di bidang Bahasa dan Sastra Indonesia. Menulis dalam genre puisi, cerpen, artikel/esai/opini. Beberapa bukunya telah terbit. Buku puisinya "Percakapan Tan dan Riwayat Kuldi Para Pemuja Sajak" menjadi salah satu buku terbaik tk. nasional versi Hari Puisi Indonesia tahun 2016. Tinggal di Ngawi dan bisa dihubungi melalui email: cahyont@yahoo.co.id, WA 085643653271. No.Rek BCA Cabang Ngawi 7790121109, a.n.Tjahjono Widarmanto

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memajankan Sastra Indonesia di Panggung Indonesia

5 November 2020   16:54 Diperbarui: 9 November 2020   08:14 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas dari problem siapa penerjemahnya, problem lain yaitu teknis penerjemahan teks sastra yang memiliki derajat kesulitan yang tinggi. Beberapa kosa kata dalam sastra Indonesia, lebih-lebih sastra Indonesia berbahasa daerah, memiliki karakteristik, nilai emotif, nilai estetis, daya ungkap yang tak bisa tergantikan dalam bahasa asing.

Setelah selesai proses penerjemahahan teks, persoalan belum rampung. Penerbit yang sudi menerbitkan karya-karya sastra terjemahan  dalam bahasa asing masih menjadi mahluk langka.

Menjawab persoalan tersebut, maka menajankan sastra Indonesia ke publik manca bisa diambil alih oleh negara. Apalagi kalau negara memandang bahwa melalu sastra bisa menjadi alat dari diplomasi kultural. Negara harus menambah lembaga-lembaga resmi penerjemahan,  sekalgus memrogramkan penerjemahan besar-besaran Dengan kurasi yang tepat . Memang resikonya, campur tangan negara akan memunculkan sensor ideologi, politik dan faktor eksternal lain. Resikonya nanti karya yang diterjemahkan sangat ditentukan faktor interNal utamanya politik dan ideologi.

Memajankan sastra Indonesia ke publik dunia sebenarnya bisa dilakukan secara personal dan manditi oleh sastrawannya. Syarat mutlaknya, sastrawan tersebut harus mampu mengalahkan pasar dengan menjalin jaringan melalui agen. Persoalannya keterlibatan agen dalam produksi sastra Indonesia masih merupakan mahluk asing dan langka. Untuk  melibatkan agen dibutuhkan dana yang kuat. Realitasnya, pada umumnya sastrawan kita belum kokoh dalam daya finansialnya.

Sungguhpun demikian, memajankan sastra Indonesia ke jagat global bukan suatu hal yang mustahil. Diperlukan strategi, kesungguhan dan proses panjang dan sinergi yang erat antara negara dan sastrawan. Semoga! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun