Ada dua konsep utama dalam tulisan ini. Pertama, adalah konsep kearifan lokal atau local wisdom dan yang kedua adalah konsep literasi. Konsep kearifan lokal atau local wisdom mengarah kepadada semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, kebijakan, wawasan, nilai, adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologi (Sedyawati, 2006). Â
Nilai-nilai dalam kearifan lokal tersebut memiliki peranan dan kemampuan mengendalikan arah perkembangan kebudayaan. Kearifan lokal terbentuk dari kristalisasi nilai-nilai yang sejak dahulu dihayati dan dikembangkan oleh masyarakat tertentu.Â
Kearifan lokal menunjukkan identitas masyarakat yang tercermin dalam orientasi yang menunjukkan  pandangan hidup berikut sistem nilainya dalam pola sikap hidup yang mewujud dalam tingkah laku.
Setiap komunitas masyarakat memiliki kearifan lokal yang boleh jadi berbeda satu dengan yang lain, namun tidak menutup kemungkinan memiliki kesamaan atau kemiripan.Â
Kearifan lokal sangat ditentukan oleh lokal (geografis), budaya, etnografis dan bisa saling memperngaruhi dan berkontribusi satu sama lain.
Bentuk-bentuk kearifan lokal beraneka ragam, bisa berbentuk benda dan tak benda. Bentuk-bentuk kearifan lokal itu di antaranya adalah
- Folklore atau cerita rakyat, bisa berbentuk dongeng, mitos, legenda, dsb
- Peribahasa, kata-kata bijak, pameo. Misal: Sakdumuk bathuk saknyari bumi dibelani kanti mati. Alon-alon waton kelakon, kebat bakal kliwat, dsb
- Perminan rakyat
- Lagu-lagu
- Nilai-nilai luhur, misalnya: gotong royong, jujur, cinta tanah air, konsep ketuhanan, filosofi, dll
- Teknologi tradisional, bisa berupa arsitektur, tata kelola irigasi, lingkungan, tata kelola pangan dan sebagainya
- Larangan adat, pamali
- Pola pikir yang mengandung budi pekerti
- Bahasa
- Upacara adat
- Kesenian tradisional, baik yang berupa pertunjukkan maupun yang bukan
- Kesusastraan lokal
Konsep literasi sebenarnya  memiliki cakupan makna yang luas dan lebar. Tak berhenti dimaknai sebagai keberaksaraan atau kemampuan baca tulis semata. Demikian luasnya wilayah literasi, maka muncullah berbagai ragam literasi.Â
Ada literasi baca tulis, ada literasi media, ada literasi sains, litersi visual, literasi kultural dan sebagainya. Namun, semua literasi tersebut landasannya adalah menyimak, wicara, baca dan tulis. Dengan kata lain literasi baca tulislah yang menjadi dasar dari semua literasi (basic literacy).
Agar tak merentang panjang, tulisan ini  membatasi pemahaman literasi sebagai kompetensi keberaksaraan dan keterbacaan atau literasi kesastraan atau literasi dasar atau basic literacy..Â
Alasan logisnya, keberaksaraan dan keterbacaanlah yang menjadi dasar dan pintu masuk menuju literasi-literasi lainnya. Tanpa memiliki kemampuan beraksara dan membaca, tak mungkin seseorang bisa meraih kompetensi literasi-literasi lainnya.
Literasi dasar ( basic literacy) atau literasi kesastraan yang berupa kompetensi keberaksaraan dan keterbacaan memiliki fungsi menjadi pondasi dasar dalam menumbuhkan literasi-literasi lain karena menumbuhkan intelektualitas, memberi pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan, dan membangun daya kritis.
Literasi kesastraan (literasi baca tulis) atau literasi dasar bersangkutpaut dengan kemampuan membaca dalam artian memahami bacaan dan bersangkutpaut dengan kemampuan memproduksi bacaan atau kemampuan menulis tulisan yang bermutu dan bermanfaat bagi oranglain. Seseorang yang memiliki kemampuan literasi baca tulis atau kesastraan yang baik akan terlihat dari apa yang dibacanya dan apa yang ditulisnya.
Ketika seseorang mengembangkan kemampuan menulisnya, maka ia akan banyak memiliki pilihan bentuk-bentuk apa yang akan ditulisnya. Secara umum bisa dipilih dua bentuk tulisan, yaitu tulisan yang berbentuk susastra atau tulisan bukan susastra.Â
Tulisan susastra mementingkan dua hal yaitu bentuk estetika dan konten (isi). Sedangkan tulisan yang bukan sastra hanya mementingkan isi. Contoh tulisan-tulisan susastra adalah puisi, syair lagu, cerpen dan novel. Sedangkan tulisan-tulisan bukan susastra contohnya adalah berita, opini, artikel, karya ilmiah, makalah, skripsi, dan sebagainya.
Mungkinkah kearifan lokal bisa menjadi sumber inspirasi bagi literasi kesastraan?
Kearifan lokal sangat mungkin menjadi sumber inspirasi bagi literasi kesastraan. Kearifan lokal dan lokalitas sangat memungkinkan menjadi dasar pijakan dan bahan baku untuk menghasilkan produk tulisan, baik yang bersifat susastra maupun bukan. Bahkan muatan kearifan lokal dan lokalitas bisa menjadi pilar kekuatan daya tarik dari produk tulisan tersebut.
Kearifan lokal dan lokalitas bisa menjadi rujukan inspirasi dalam penciptaan tulisan. Kearifan lokal dan lokalitas itu dengan berbentuk penggarapan tema, pemunculan latar, nama tokoh, pemunculan persoalan, tema cerita, penggarapan situasi kondisi yang kontekstual, dan inovasi bentuk.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI