Literasi kesastraan (literasi baca tulis) atau literasi dasar bersangkutpaut dengan kemampuan membaca dalam artian memahami bacaan dan bersangkutpaut dengan kemampuan memproduksi bacaan atau kemampuan menulis tulisan yang bermutu dan bermanfaat bagi oranglain. Seseorang yang memiliki kemampuan literasi baca tulis atau kesastraan yang baik akan terlihat dari apa yang dibacanya dan apa yang ditulisnya.
Ketika seseorang mengembangkan kemampuan menulisnya, maka ia akan banyak memiliki pilihan bentuk-bentuk apa yang akan ditulisnya. Secara umum bisa dipilih dua bentuk tulisan, yaitu tulisan yang berbentuk susastra atau tulisan bukan susastra.Â
Tulisan susastra mementingkan dua hal yaitu bentuk estetika dan konten (isi). Sedangkan tulisan yang bukan sastra hanya mementingkan isi. Contoh tulisan-tulisan susastra adalah puisi, syair lagu, cerpen dan novel. Sedangkan tulisan-tulisan bukan susastra contohnya adalah berita, opini, artikel, karya ilmiah, makalah, skripsi, dan sebagainya.
Mungkinkah kearifan lokal bisa menjadi sumber inspirasi bagi literasi kesastraan?
Kearifan lokal sangat mungkin menjadi sumber inspirasi bagi literasi kesastraan. Kearifan lokal dan lokalitas sangat memungkinkan menjadi dasar pijakan dan bahan baku untuk menghasilkan produk tulisan, baik yang bersifat susastra maupun bukan. Bahkan muatan kearifan lokal dan lokalitas bisa menjadi pilar kekuatan daya tarik dari produk tulisan tersebut.
Kearifan lokal dan lokalitas bisa menjadi rujukan inspirasi dalam penciptaan tulisan. Kearifan lokal dan lokalitas itu dengan berbentuk penggarapan tema, pemunculan latar, nama tokoh, pemunculan persoalan, tema cerita, penggarapan situasi kondisi yang kontekstual, dan inovasi bentuk.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI