Mohon tunggu...
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widarmanto Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan praktisi pendidikan

Lahir di Ngawi, 18 April 1969. Pendidikan terakhir S2 di bidang Bahasa dan Sastra Indonesia. Menulis dalam genre puisi, cerpen, artikel/esai/opini. Beberapa bukunya telah terbit. Buku puisinya "Percakapan Tan dan Riwayat Kuldi Para Pemuja Sajak" menjadi salah satu buku terbaik tk. nasional versi Hari Puisi Indonesia tahun 2016. Tinggal di Ngawi dan bisa dihubungi melalui email: cahyont@yahoo.co.id, WA 085643653271. No.Rek BCA Cabang Ngawi 7790121109, a.n.Tjahjono Widarmanto

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selintas tentang Simbol atau Lambang dalam Puisi

26 September 2020   22:22 Diperbarui: 26 September 2020   22:35 9096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu perangkat puisi  adalah lambang atau simbol. Simbol atau lambang melekat pada diksi.Lambang atau simbol adalah menyampaikan sesuatu secara tak langsung dengan menggunakan kosa kata atau hal yang merujuk pada konotasi tertentu.

Misalnya, cinta digambarkan dengan bunga mawar atau ada yang melambangkan dengan gambar hati. Kekuasaan dilambangkan dengan kosa kata 'kursi' atau digambarkan dalam bentuk 'kursi'. Setiap orang memiliki kecenderungan memilih dan menggunakan simbol yang berbeda satu dengan yang lain.

Simbol atau lambang banyak sekali jenisnya. Pada umumnya simbol dibedakanmenjadi tiga. Pertama, adalah natural symbols atau simbol alam, yaitu penggunaan lambang dengan menggunakan pelukisan alam. Misalnya: harapan itu daun yang meranggas/segera rontok/tunduk pada tanah/. Kata-kata daun yang meranggas, tunduk pada tanah merupakan simbol untuk merujuk makna dan suasana tertentu.

Kedua, adalah blank symbols atau simbol umum adalah simbol yang sudah umum digunakan oleh banyak orang. Karena sudah banyak digunakan oleh orang dan sudah banyak dijumpai umum maka simbol ini klise. Misalnya, 'wajahmu  bulan purnama berseri menawarkan bahagia',  "hatinya remuk rendam disayat sembilu", "tanpamu aku perahu di tengah samudera".

Simbol ketiga adalah privacy symbols atau simbol personal, adalah simbol atau lambang yang sudah menjadi ciri pengucapan seorang penyair. Jika orang lain menggunakan simbol ini, ia akan dianggap sebagai pembeo bahkan plagiasi. Misalnya "aku ini binatang jalang" , yang merupakan simbol personal dari Chairil Anwar.

Pemakaian simbol oleh para penyair berbeda satu dengan yang lain walaupun sama-sama menulis persoalan atau tema yang sama. Di bawah ini disajikan puisi-puisi bertema sama namun dengan menggunakan ekspresi simbol yang berbeda.

Puisi yang pertama:

AKU INGIN MENCINTAIMU DENGAN SEDERHANA

(Sapardi Djoko Damono)

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu

kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan

kepada hujan yang menjadikannya tiada.

            Puisi kedua:

SENJA DI PELABUHAN KECIL

(Chairil Anwar)

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

di antara gudang, rumah tua, pada cerita

tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut

menghembus diri dalam mempercaya maut berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang

menyinggung muram, desir hari lari berenang

menemu bujuk pangkal akanan. Tiada bergerak

dan kini tanah dan air tidur hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap

sesekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

dari pantai keempat, sendu penghabisan bisa berdekap

           

            Puisi ketiga adalah puisi yang ditulis oleh Rendra:

KANGEN

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku

menghadapi kemerdekaan tanpa cinta

Kau tak akan mengerti segala lukaku

karena cinta telah sembunyikan pisaunya

 Membayangkan wajahmu adalah siksa

 Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan

Engkau telah menjadi racun bagi darahku

Apabila aku dalam kangen dan sepi

itulah berarti

aku tungku tanpa api

                  Nah, setelah mengenal sedikit tentang simbol atau lambang, sekarang saatnya kita mencoba bermain-main membuat simbol. Selamat bermain!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun