Salah satu perangkat puisi  adalah lambang atau simbol. Simbol atau lambang melekat pada diksi.Lambang atau simbol adalah menyampaikan sesuatu secara tak langsung dengan menggunakan kosa kata atau hal yang merujuk pada konotasi tertentu.
Misalnya, cinta digambarkan dengan bunga mawar atau ada yang melambangkan dengan gambar hati. Kekuasaan dilambangkan dengan kosa kata 'kursi' atau digambarkan dalam bentuk 'kursi'. Setiap orang memiliki kecenderungan memilih dan menggunakan simbol yang berbeda satu dengan yang lain.
Simbol atau lambang banyak sekali jenisnya. Pada umumnya simbol dibedakanmenjadi tiga. Pertama, adalah natural symbols atau simbol alam, yaitu penggunaan lambang dengan menggunakan pelukisan alam. Misalnya: harapan itu daun yang meranggas/segera rontok/tunduk pada tanah/. Kata-kata daun yang meranggas, tunduk pada tanah merupakan simbol untuk merujuk makna dan suasana tertentu.
Kedua, adalah blank symbols atau simbol umum adalah simbol yang sudah umum digunakan oleh banyak orang. Karena sudah banyak digunakan oleh orang dan sudah banyak dijumpai umum maka simbol ini klise. Misalnya, 'wajahmu  bulan purnama berseri menawarkan bahagia',  "hatinya remuk rendam disayat sembilu", "tanpamu aku perahu di tengah samudera".
Simbol ketiga adalah privacy symbols atau simbol personal, adalah simbol atau lambang yang sudah menjadi ciri pengucapan seorang penyair. Jika orang lain menggunakan simbol ini, ia akan dianggap sebagai pembeo bahkan plagiasi. Misalnya "aku ini binatang jalang" , yang merupakan simbol personal dari Chairil Anwar.
Pemakaian simbol oleh para penyair berbeda satu dengan yang lain walaupun sama-sama menulis persoalan atau tema yang sama. Di bawah ini disajikan puisi-puisi bertema sama namun dengan menggunakan ekspresi simbol yang berbeda.
Puisi yang pertama:
AKU INGIN MENCINTAIMU DENGAN SEDERHANA
(Sapardi Djoko Damono)
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada.
      Puisi kedua:
SENJA DI PELABUHAN KECIL
(Chairil Anwar)
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya maut berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tiada bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sesekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sendu penghabisan bisa berdekap
     Â
      Puisi ketiga adalah puisi yang ditulis oleh Rendra:
KANGEN
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
Kau tak akan mengerti segala lukaku
karena cinta telah sembunyikan pisaunya
 Membayangkan wajahmu adalah siksa
 Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan
Engkau telah menjadi racun bagi darahku
Apabila aku dalam kangen dan sepi
itulah berarti
aku tungku tanpa api
         Nah, setelah mengenal sedikit tentang simbol atau lambang, sekarang saatnya kita mencoba bermain-main membuat simbol. Selamat bermain!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H