Mohon tunggu...
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widarmanto Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan praktisi pendidikan

Lahir di Ngawi, 18 April 1969. Pendidikan terakhir S2 di bidang Bahasa dan Sastra Indonesia. Menulis dalam genre puisi, cerpen, artikel/esai/opini. Beberapa bukunya telah terbit. Buku puisinya "Percakapan Tan dan Riwayat Kuldi Para Pemuja Sajak" menjadi salah satu buku terbaik tk. nasional versi Hari Puisi Indonesia tahun 2016. Tinggal di Ngawi dan bisa dihubungi melalui email: cahyont@yahoo.co.id, WA 085643653271. No.Rek BCA Cabang Ngawi 7790121109, a.n.Tjahjono Widarmanto

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Melankolia Kota Kelahiran

26 September 2020   21:21 Diperbarui: 26 September 2020   21:25 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

di atas andong tua yang kudanya  meringkik pelan

dan menderapkan kaki seperti kanak-kanak belajar berbaris

aku telusuri kembali kota kecil kota kelahiran ini

berderap melintasi alun-alun kota yang hijau dan pohon-pohon palm yang menjulang

sebentar lagi menuju pasar gede, pojok makam pahlawan, dan tiap-tiap tikungan

melintasi warung-warung kopi dan lorong-lorong gang.

kaki kuda menderap dan ingatanku ikut merayap

lewat di depan gedung tua sebuah sekolah itu

 aku tersenyum mengenang sebuah tamparan yang indah

saat pipi seorang gadis tercantik di kelas kucuri dengan sebuah kecupan

tersenyum kecut pula saat kuingat aku berdiri

berpeluh di terik matahari menghormat tiang bendera

sebab mbolos tak ikut upacara

kaki-kaki kuda menderap ke pojok kota ingatanku menderap pula berburu kenangan

aku jadi tahu mengapa orang menulis puisi

mencatat deretan-deretan harinya sempurna dengan segala suka dan duka

aku pun bisa mendebat pendapatmu, bahwa kenangan itu racun

kangen dan kenangan kadang memang menyakitkan

tapi bukankah sebuah perjalanan selalu bermakna

tak hanya berhenti jadi sekedar kenangan.

andong tua itu menderap perlahan

membawaku dan seluruh kenangan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun