berpeluh di terik matahari menghormat tiang bendera
sebab mbolos tak ikut upacara
kaki-kaki kuda menderap ke pojok kota ingatanku menderap pula berburu kenangan
aku jadi tahu mengapa orang menulis puisi
mencatat deretan-deretan harinya sempurna dengan segala suka dan duka
aku pun bisa mendebat pendapatmu, bahwa kenangan itu racun
kangen dan kenangan kadang memang menyakitkan
tapi bukankah sebuah perjalanan selalu bermakna
tak hanya berhenti jadi sekedar kenangan.
andong tua itu menderap perlahan
membawaku dan seluruh kenangan itu.