Mohon tunggu...
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widarmanto Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan praktisi pendidikan

Lahir di Ngawi, 18 April 1969. Pendidikan terakhir S2 di bidang Bahasa dan Sastra Indonesia. Menulis dalam genre puisi, cerpen, artikel/esai/opini. Beberapa bukunya telah terbit. Buku puisinya "Percakapan Tan dan Riwayat Kuldi Para Pemuja Sajak" menjadi salah satu buku terbaik tk. nasional versi Hari Puisi Indonesia tahun 2016. Tinggal di Ngawi dan bisa dihubungi melalui email: cahyont@yahoo.co.id, WA 085643653271. No.Rek BCA Cabang Ngawi 7790121109, a.n.Tjahjono Widarmanto

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Itu Puisi?

24 September 2020   21:31 Diperbarui: 24 September 2020   21:43 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendefinisikan puisi bukan merupakan persoalan yang mudah. Apalagi bentuk-bentuk puisi telah berkembang penuh aneka ragam. Pada awalnya, dalam pemahaman sastra lama, puisi dikatakan sebagai bentuk karangan yang terikat dengan baris, bait dan rima. Tetapi sesuai dengan perkembangan zaman, batasan tersebut tidak lagi sesuai dengan kondisi puisi saat ini.

Secara etimologis, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani, poeima yang bermakna membuat;  poesis yang berarti pembuatan atau poeties yang berarti pembuat, pembangun atau pembentuk. Di Inggris, puisi diistilahkan sebagai poetry atau poem, yang maknanya to create atau to make (membuat, menciptakan, mencipta). 

Sebagai sebuah pembangun atau pembentuk itu berarti menulis sebuah puisi merupakan membangun dan membentuk sebuah dunia baru. Sebuah dunia baru yang berangkat dari realita dan membentuk realita baru. Membangun dunia baru dari pengalaman yang melahirkan pengalaman baru.

Wordsworth mendefinisikan puisi sebagai "the spontaneous overflow of powerful meanings". Ungkapan ini menyiratkan bahwa puisi merupakan ungkapan spontan perasaan yang kuat yang mengungkapkan kedalaman bukan sekedar kegundahan.

Adapun Suminto A. Sayuti dengan berjejak pada struktur bentuk puisi mendefinisikan puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan aspek bunyi yang mengemukakan pengalaman imajinatif, emosional dan intelektual penyair yang diperolehnya dari pengalaman individual dan sosial yang diungkapkan dengan cara tertentu sehingga mampu membangkitkan pengalaman tertentu pada diri pembacanya.

Dibandingkan genre sastra lain, yaitu prosa dan drama, puisi memiliki kekhasan dalam bentuknya berupa bait, permainan irama, dan tipografi. Perhatikan puisi di bawah ini

RANGKAIAN BUNGA di KLEIN VENEDIG
(Yusri Fajar)

Ada yang ingin kutitipkan pada perahu

rangkaian bunga yang semalam layu

kini segar diguyur percikan air

dari sungai hatimu

                                    Bamberg, Jerman, 2009

Dalam puisi di atas, Yusri Fajar berupaya mengungkapkan gejolak yang terbersit dalam dirinya sehubungan perasaan kesendirian dan keterasingannya di benua yang amat jauh dari tanah kelahirannya

Sebagai perbandingan, mari diamati pula puisi karya Hidayat Raharja di bawah ini:

EPILOG

Rikha,

Di ranjang malam basah

bulan mengambang dengan kulit lepuh

lelehan darah mei menjingga

ke gorong-gorong gaduh

guguran

Jakarta

                                    (1999)

Puisi di atas mengungkapkan hal yang berbeda dengan puisi sebelumnya. Hidayat Raharja mengungkapkan gejolak yang ada dalam hatinya berkaitan dengan kerusuhan Mei 1999 di Jakarta. Gejolak tersebut tak hanya berupa ungkapan perasaan, tetapi juga pemikirannya.

Persentuhan penyair dengan peristiwa-peritiwa pada dunia besar ternyata bisa membangkitkan suatu rasa empati dan simpati, bahkan kritis terhadap kejadian itu. Ungkapan simpati, empati dan kritis bisa dijalin menjadi kekuatan baris dan bait yang indah. Dengan baris dan bait yang relatif pendek, padat, konsentratif, aksentuatif, imajinatif, dan sublimatif.

Hudson memandang puisi sebagai salah satu cabang seni yang menggunakan kata-kata sebagai medium penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan. Dengan demikian puisi merupakan ungkapan batin dan pikiran penyair dalam menciptakan sebuah dunia berdasarkan pengalaman batin yang digelutinya.

Lebih lengkap, Riffatere mengungkapkan bahwa puisi merupakan penyampaian sesuatu secara tak langsung, mengatakan sesuatu dengan cara lain, serta berbeda dengan kelaziman. Ketidaklangsungan dan ketidaklaziman ini disebabkan atas tiga hal, yaitu displacing (penggantian arti), distorting (penyimpangan arti), dan creating of meaning (penciptaan arti).

Displacing terbentuk melalui penggunaan majas, metafora, simbol dan sebagainya. Distorsing merupakan penyimpangan arti yang dapat berupa kontradiksi, nonsens dan sebagainya. Adapun creating of meaning  berarti penciptaan makna yang berarti inovasi yang bisa dilakukan melalui pengorganisasian ruang teks, enjambemen, dan tipografi.

Definisi-definisi di atas bertolak dari karakteristik yang dimiliki puisi. Karakteristik yang dimiliki puisi adalah:

(1) memadatkan; itu artinya ekspresi puisi cenderung menggunakan sedikit kata-kata atau dengan kata lain puisi menyampaikan banyak hal dengan sedikit kata-kata

(2) sublim (menampakkan keindahan), Puisi selalu berupaya menampakan sentuhan estetis

(3) sugesti, artinya puisi selalu mencoba mempengaruhi pembacanya, menggerakan hati pembacanya, menyentuh kesadaran batin pembacanya

(4) asosiasif, itu artinya puisi melalui baris-barisnya menghubungkan antara peristiwa-peritiwa yang terjadi dengan diri penulisnya.

(5) inovasi, artinya puisi selalu menampilkan kebaruan dalam bentuk berbahasa, baik dalam diksi maupun gaya

(6) menyampaikan sesuatu secara tak langsung, Bagi Riffaterre (dalam Pradopo, 1987: 13) puisi mengatakan sesuatu secara tak langsung yaitu mengatakan sesuatu dengan cara yang lain, cara yang berbeda dengan kelaziman

(7) konotatif, itu berarti kata, kalimat yang ada dalam puisi memiliki potensi makna lain selain makna sesungguhnya

(8) memanfaatkan dan mengefektifkan simbol,

(9) mengeksploitasi kekuatan irama melalui bunyi. Puisi disusun dalam alur irama yang dibentuk dengan cara mengulang bunyi-bunyi yang sama, yang memiliki kemiripan, homorgan (sedaerah artikulasi). Irama dalam puisi menjadi salah satu pembentuk efek estetis dan sugestif pada para pembacanya.

(10) memiliki tipografis yang khas; puisi memiliki bentuk visual yang khas yang dibentuk oleh enjambemen atau pemotongan laik

(11) ekspresif, yang berarti kata-kata, frase, dan kalimat-kalimat dalam puisi mampu secara tepat mengungkapkan perasaan, bisa menghadirkan suasana batin, perasaan, emosi tertentu

(12) emotif, itu artinya puisi selalu berkenaan dengan emosi atau curahan perasaan yang mampu membangkitkan suasana kejiwaan

(13) kontemplatif, puisi merupakan hasil perenungan sekaligus membangkitkan perenungan baru

(14) intelek, ini bermakna puisi tersusun atas kemampuan kognitif yang rasional tak sekedar permainan kata-kata

(15) imajinatif, itu berarti puisi mampu memberikan kesan, pembayangan, atau konsep-konsep mental. Imajinatif bermakna pula pengobjektivikasian pengalaman-pengalaman.

(16) imajis. Puisi memiliki kekuatan melakukan pembayangan-pembayangan yang berkaitan dengan panca indra

(17) personal sekaligus sosial atau sebaliknya. Puisi selalu berangkat dari proses personal yang tersentuh oleh rangsangan sosial atau sebaliknya

(18) metaforis: puisi cenderung melakukan perbandingan sesuatu atau hal dengan sesuatu atau hal lain yang memiliki sifat yang sama

(19) menciptakan dunia baru.

          Definisi dan karakteristik di atas menyiratkan puisi sebagai:

  • Puisi merupakan ungkapan pemikiran, gagasan, perasaan, ide dan ekspresi penyairnya
  • Jenis karya sastra yang memiliki bahasa yang bersifat konotatif, simbolis, metaforis, inovatif, imajis, estetis, dan kontemplatif
  • Puisi selalu memanfaatkan larik-larik untuk perulangan bunyi dan membentuk tipografi melalui enjambemen
  • Puisi selalu memadatkan kata dengan memadukannya dengan berbagai bentuk kekuatan bahasa
  • Puisi selalu membagi pengalaman dan membentuk pengalaman baru
  • Bahasa puisi tidak terikat oleh kaidah kebahasaan dan memiliki kewenangan bahasa yang disebut licencia poetica
  • Puisi memanfatkan bahasa untuk menciptakan artistik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun