Bu Mentrik: "Anu, Pak... Menurut informasi yang saya peroleh dari anggota Repedes, penunjukan ketua kontingen itu atas usul Pak Weru, salah seorang orang kepercayaan Pak Sumontyo."
Pak Kasto: "Lantas, apa yang salah dengan itu?"
Bu Mentrik: "Maksud saya, ehm, Ketua Kontingen tidak dipilih secara aklamasi oleh pihak desa dan disetujui oleh semua pihak melainkan prakarsa Pak Weru."
Pak Kasto: "Bu Mentrik, sekarang saya ingin bertanya sebelum menanggapi pernyataan Ibu. Apa yang Ibu lihat dan saksikan tentang Kontingen Porseni kita selama dipandu oleh Bung Siwan?"
Bu Mentrik: "Ya, bagus sih, Pak. Untuk Porseni mendatang, kita berhasil mengirimkan lebih banyak peserta dan lebih banyak cabang perlombaan. Prestasi dalam arti penampilannya pun meningkat."
Pak Kasto: "Nah, jelas bukan? Sekarang lebih baik kita dukung saja Bung Siwan dan rekan-rekan dalam Porseni. Saya tidak peduli ia itu orang titipan Pak Weru, Pak Sumontyo, atau siapa. Saya kebetulan telah bertemu dengan Bung Siwan karena kegiatan Porseni lah yang akan berlangsung dalam waktu dekat ini. Bung Siwan menyatakan bahwa ia tidak memikirkan masalah apapun selain membangun sebuah tim Porseni yang kuat agar mampu bersaing di tingkat Kecamatan."
Pak Ngusul: "Tapi, Pak.... Bung Siwan itu bertindak bukan atas nama desa."
Pak Kasto: "Pak Ngusul, saya mengerti arah pembicaraan Bapak. Maaf, saya di sini berusaha untuk membantu memperbaiki keadaan Desa Sonaharjo, bukan ingin merusaknya lebih parah lagi. Apa-apa yang telah berjalan dengan baik, patut saya dan sebaiknya kita dukung. Kita pikirkan saja hal-hal yang belum berhasil baik. Saya tegaskan, saya tidak akan menggugat dalam bentuk apapun kedudukan Pak Siwan sebagai Ketua Kontingen Porseni Desa Sonaharjo. Itu mengganggu persiapan. Sebaliknya, jika saya menugaskan orang lain dan kemudian orang tersebut lebih berhasil dibandingkan Bung Siwan, saya takut sekali dengan anggapan kelak bahwa karena keputusan saya lah Kontingen Porseni Desa Sonaharjo berhasil. Mereka telah ada sebelum saya berada di kantor ini. Alangkah picik dan pengecut diri saya jika mengambil keputusan tersebut."
Bu Resun: "Bagaimana dengan Pak Weru, Pak?"
Pak Kasto: "Secara pribadi saya memiliki hubungan baik pula dengan Pak Weru, setidaknya sesama warga Desa Sonaharjo. Saya justru menyampaikan terima kasih yang sangat mendalam atas prakarsa Pak Weru, terlepas dari keterlibatannya dalam penyalahgunaan wewenang oleh Pak Sumontyo dan kawan-kawan. Manusia itu ada baik, ada buruknya. Mungkin dengan lobi Pak Weru lah Bung Siwan bisa berada di sini. Singkatnya, saya hanya ingin memperbaiki keadaan."
Setelah bertanya jawab selama satu setengah jam, termasuk pembahasan irigasi, keamanan, perniagaan, dan hubungan dengan desa sekitar, rapat diakhiri dengan kalimat penutup bahwa selaku Kepala Desa terpilih Sonaharjo, Pak Kasto menegaskan bahwa jabatannya sekarang adalah pilihan masyarakat. "Hanya itulah saya saya ketahui," jelasnya. Ketika muncul perbincangan bahwa terpilihnya Pak Kasto adalah pengaruh dari Repedes dan orang-orang yang berseberangan sikap dengan kelompok Pak Sumontyo, Pak Kasto mengatakan bahwa "Saya datang, saya mendapatkan kesempatan dan salah satu pendukung kesempatan itu adalah Repedes. Saya sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan. Namun, saya sekarang adalah Kepala Desa. Saya 'tidak menerima pesanan' dari pihak manapun. Jika nantinya terdapat paksaan sedemikian rupa sehingga berpengaruh terhadap keputusan saya, maka lebih baik saya meletakkan jabatan. Saya di sini ingin mencoba mengabdikan diri semampunya, bukan untuk menjadi 'alat balas dendam' kepada Pak Sumontyo dan kawan-kawan."