Mohon tunggu...
Tiyas Putri Nugraheni
Tiyas Putri Nugraheni Mohon Tunggu... Apoteker - Dosen STIKes Muhammadiyah Wonosobo dan Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Dosen Farmasi dengan minat pada ilmu pengembangan bahan alam dan manajemen farmasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Pendidikan Farmasi yang Berlandaskan Nilai-Nilai Islam: Membentuk Profesionalisme Beretika"

3 Oktober 2023   13:50 Diperbarui: 3 Oktober 2023   13:53 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : apt. Tiyas Putri Nugraheni, M.Sc

Dosen Program Studi S1 Farmasi STIKes Muhammadiyah Wonosobo

Mahasiswa PSDIF Fakultas Farmasi UAD Yogyakarta


Pendidikan farmasi yang berlandaskan nilai-nilai Islam adalah suatu konsep yang mencakup penyampaian pengetahuan dan pembentukan karakter etika dalam bidang farmasi, sejalan dengan ajaran Islam. Dalam Al-Quran, Allah SWT mengajarkan kepada umat manusia tentang pentingnya etika dalam berprofesi dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Salah satu ayat yang relevan adalah QS. Al-Baqarah (2:267), "Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil bumi yang Kami keluarkan untuk kamu." Ayat ini mengajarkan umat Islam untuk memanfaatkan pengetahuan dan keahlian mereka secara positif, termasuk dalam bidang farmasi, dengan penuh integritas dan inovatif. Salah satu hal yang menarik bagi penulis adalah bagaimana nilai nilai Islam dapat mengakar kuat dalam benak penuntut ilmu khususnya pada pendidikan farmasi sehingga ketika kelak berpraktik diharapkan dapat memastikan bahwa pelayanan farmasi yang diberikan memenuhi standar etika dan memberikan manfaat maksimal bagi kesehatan masyarakat.

Hadist Nabi Muhammad SAW juga memberikan pedoman berharga terkait etika dalam profesi farmasi. Salah satunya adalah hadis riwayat Al-Baihaqi, "Seorang mukmin yang menyediakan makanan untuk seorang mukmin lainnya, maka Allah akan memberinya makanan dari surga, dan seorang hamba yang memberi minuman kepada hamba lainnya, maka Allah akan memberinya minuman dari surga."

Dalam konteks pendidikan farmasi, hadist ini mengajarkan pentingnya kerja sama dan kepedulian terhadap sesama, hampir sama dengan peran farmasis yang harus bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain dan memberikan pelayanan obat kepada pasien. Etika dan profesionalisme yang berlandaskan nilai-nilai Islam dalam pendidikan farmasi membentuk individu yang bertanggung jawab, mengedepankan kejujuran, dan mendedikasikan diri untuk memberikan manfaat bagi masyarakat, sejalan dengan ajaran Islam yang mengajarkan kebaikan dan kasih sayang kepada sesama. Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai ini, profesi sebagai ahli farmasi dapat menjadi wahana untuk mewujudkan masyarakat yang lebih sehat dan beretika.

Islam, sebagai agama yang menyeluruh, memberikan pedoman dan prinsip-prinsip etika yang kuat yang dapat membimbing mereka dalam menjalani karier mereka sebagai profesional farmasi yang bertanggung jawab.

Aspek kunci profesionalisme dalam pendidikan farmasi dalam perspektif islam yang pertama adalah kejujuran dan integritas: Islam sangat menekankan pentingnya kejujuran dan integritas dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam praktik farmasi. Mahasiswa farmasi harus belajar untuk selalu berbicara jujur, menyampaikan informasi yang benar kepada pasien, dan menghindari segala bentuk penipuan atau manipulasi dalam praktik farmasi mereka. "Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu seorang yang selalu benar memberi kesaksian karena Allah, meskipun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu." (QS. An-Nisa, 4:135)

Aspek selanjutnya adalah kepedulian terhadap pasien: Dalam perspektif Islam, empati dan kepedulian terhadap sesama adalah sikap yang mulia. Mahasiswa farmasi harus belajar untuk mendengarkan kebutuhan pasien mereka, memberikan informasi obat yang sesuai, dan memastikan bahwa kesehatan dan keselamatan pasien selalu menjadi prioritas utama (patient oriented). "Dan barangsiapa yang menyelamatkan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah menyelamatkan manusia semuanya." (QS. Al-Ma'idah, 5:32)

Aspek yang ketiga yaitu pendidikan berkelanjutan: Islam mendorong umatnya untuk terus-menerus belajar dan meningkatkan pengetahuan mereka. Dalam konteks pendidikan farmasi, mahasiswa sebagai calon farmasis harus berkomitmen untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan praktik terbaru demi kualitas pelayanan farmasi yang lebih baik. "Dan katakanlah, 'Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS. Ta-Ha, 20:114)

Aspek yang terakhir adalah kerjasama : Islam mengajarkan pentingnya kerjasama dalam bekerja dan menuntut ilmu. Dalam pendidikan farmasi, mahasiswa harus belajar untuk dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain dengan santun sesuai etika profesi serta dapat mempraktikan ilmu yang dimiliki untuk kepentingan kesehatan pasien. "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al-Ma'idah, 5:2)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun