Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - SEO Specialist

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Seabad Pram dan Warisan Sastra yang Tak Lekang Zaman

2 Februari 2025   11:01 Diperbarui: 2 Februari 2025   11:01 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Book - "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah." - Pramoedya Ananta Toer

Tahun 2025 menjadi momen bersejarah dalam dunia sastra Indonesia. Kita memperingati Seabad Pram, seratus tahun sejak kelahiran Pramoedya Ananta Toer---sosok yang tak hanya dikenal sebagai sastrawan besar Indonesia, tetapi juga sebagai saksi sejarah yang menorehkan kisah-kisah penuh perlawanan, kritik sosial, dan refleksi mendalam tentang identitas bangsa.

Seabad Pram merayakan warisan Pramoedya Ananta Toer, sastrawan Indonesia yang karyanya menggugah kesadaran, melawan ketidakadilan, dan abadi sepanjang zaman. - Tiyarman Gulo

Pramoedya Ananta Toer, Lebih dari Sekadar Sastrawan

Pramoedya, atau akrab disapa Pram, lahir pada 6 Februari 1925 di Blora, Jawa Tengah. Hidupnya penuh lika-liku: dari menjadi jurnalis muda di masa penjajahan, mendekam di penjara tanpa proses peradilan yang jelas, hingga menulis karya-karya besar di balik jeruji besi. Meski diasingkan di Pulau Buru selama 13 tahun, Pram tak pernah berhenti menulis. Justru di sanalah lahir karya-karya monumentalnya yang mengubah wajah sastra Indonesia.

Tetralogi Pulau Buru Jadi Karya Abadi yang Menggugah Kesadaran

Empat novel dalam Tetralogi Pulau Buru---Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1981), Jejak Langkah (1985), dan Rumah Kaca (1988)---adalah bukti bagaimana sastra bisa menjadi alat perlawanan. Tokoh utamanya, Minke, adalah representasi pemuda pribumi yang bergulat dengan ketidakadilan kolonial, identitas nasional, dan perjuangan melawan penindasan.

Melalui kisah Minke, Pram mengajarkan bahwa pena bisa lebih tajam dari pedang. Ia meruntuhkan batas antara fiksi dan realitas, mengajak pembaca untuk merenung, bertanya, dan berani bersuara.

Gadis Pantai & Arus Balik, Potret Ketidakadilan yang Universal

Selain Tetralogi Pulau Buru, karya seperti Gadis Pantai (1987) dan Arus Balik (1995) menunjukkan betapa Pram peka terhadap isu-isu sosial. Gadis Pantai adalah kisah tragis tentang perempuan yang dipaksa tunduk pada sistem patriarki, sementara Arus Balik mengisahkan kejayaan maritim Nusantara yang perlahan memudar karena kolonialisme.

Karya-karya ini tidak hanya bicara tentang masa lalu, tetapi juga relevan untuk menggambarkan ketimpangan yang masih terjadi di dunia modern.

Pengaruh Pram Mampu Menginspirasi Generasi ke Generasi

Pram menulis lebih dari 50 buku yang telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa. Ia menerima berbagai penghargaan internasional, meski di negerinya sendiri sempat mengalami pelarangan karya.

Namun, warisan Pram lebih dari sekadar penghargaan. Ia menginspirasi banyak penulis, aktivis, dan pembaca untuk berpikir kritis, menghargai kebebasan berpendapat, dan memahami sejarah dari berbagai sudut pandang.

Membaca Pram, Merasakan Dampaknya

Bagi yang pertama kali membaca karya Pram, mungkin akan terkejut dengan betapa "hidup" ceritanya. Ia tidak sekadar bercerita, tetapi mengajak kita untuk merasakan, merenung, bahkan meragukan apa yang selama ini kita anggap benar.

Kesan setelah membaca bukunya? Sulit untuk tidak terpengaruh. Kata-katanya menggema, menantang kita untuk lebih peka terhadap ketidakadilan di sekitar. Setiap kalimatnya terasa seperti ajakan untuk tidak hanya menjadi penonton dalam sejarah, tetapi menjadi bagian dari perubahan.

Seabad Pram adalah Merayakan Warisan, Melanjutkan Perjuangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun