Book - "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah." - Pramoedya Ananta Toer
Tahun 2025 menjadi momen bersejarah dalam dunia sastra Indonesia. Kita memperingati Seabad Pram, seratus tahun sejak kelahiran Pramoedya Ananta Toer---sosok yang tak hanya dikenal sebagai sastrawan besar Indonesia, tetapi juga sebagai saksi sejarah yang menorehkan kisah-kisah penuh perlawanan, kritik sosial, dan refleksi mendalam tentang identitas bangsa.
Seabad Pram merayakan warisan Pramoedya Ananta Toer, sastrawan Indonesia yang karyanya menggugah kesadaran, melawan ketidakadilan, dan abadi sepanjang zaman. - Tiyarman Gulo
Pramoedya Ananta Toer, Lebih dari Sekadar Sastrawan
Pramoedya, atau akrab disapa Pram, lahir pada 6 Februari 1925 di Blora, Jawa Tengah. Hidupnya penuh lika-liku: dari menjadi jurnalis muda di masa penjajahan, mendekam di penjara tanpa proses peradilan yang jelas, hingga menulis karya-karya besar di balik jeruji besi. Meski diasingkan di Pulau Buru selama 13 tahun, Pram tak pernah berhenti menulis. Justru di sanalah lahir karya-karya monumentalnya yang mengubah wajah sastra Indonesia.
Tetralogi Pulau Buru Jadi Karya Abadi yang Menggugah Kesadaran
Empat novel dalam Tetralogi Pulau Buru---Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1981), Jejak Langkah (1985), dan Rumah Kaca (1988)---adalah bukti bagaimana sastra bisa menjadi alat perlawanan. Tokoh utamanya, Minke, adalah representasi pemuda pribumi yang bergulat dengan ketidakadilan kolonial, identitas nasional, dan perjuangan melawan penindasan.
Melalui kisah Minke, Pram mengajarkan bahwa pena bisa lebih tajam dari pedang. Ia meruntuhkan batas antara fiksi dan realitas, mengajak pembaca untuk merenung, bertanya, dan berani bersuara.
Gadis Pantai & Arus Balik, Potret Ketidakadilan yang Universal
Selain Tetralogi Pulau Buru, karya seperti Gadis Pantai (1987) dan Arus Balik (1995) menunjukkan betapa Pram peka terhadap isu-isu sosial. Gadis Pantai adalah kisah tragis tentang perempuan yang dipaksa tunduk pada sistem patriarki, sementara Arus Balik mengisahkan kejayaan maritim Nusantara yang perlahan memudar karena kolonialisme.
Karya-karya ini tidak hanya bicara tentang masa lalu, tetapi juga relevan untuk menggambarkan ketimpangan yang masih terjadi di dunia modern.
Pengaruh Pram Mampu Menginspirasi Generasi ke Generasi
Pram menulis lebih dari 50 buku yang telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa. Ia menerima berbagai penghargaan internasional, meski di negerinya sendiri sempat mengalami pelarangan karya.
Namun, warisan Pram lebih dari sekadar penghargaan. Ia menginspirasi banyak penulis, aktivis, dan pembaca untuk berpikir kritis, menghargai kebebasan berpendapat, dan memahami sejarah dari berbagai sudut pandang.
Membaca Pram, Merasakan Dampaknya
Bagi yang pertama kali membaca karya Pram, mungkin akan terkejut dengan betapa "hidup" ceritanya. Ia tidak sekadar bercerita, tetapi mengajak kita untuk merasakan, merenung, bahkan meragukan apa yang selama ini kita anggap benar.
Kesan setelah membaca bukunya? Sulit untuk tidak terpengaruh. Kata-katanya menggema, menantang kita untuk lebih peka terhadap ketidakadilan di sekitar. Setiap kalimatnya terasa seperti ajakan untuk tidak hanya menjadi penonton dalam sejarah, tetapi menjadi bagian dari perubahan.
Seabad Pram adalah Merayakan Warisan, Melanjutkan Perjuangan
Di momen Seabad Pram ini, mari kita tidak hanya mengenang sosoknya, tetapi juga membaca ulang karyanya, mendiskusikannya, dan membiarkan pemikirannya terus hidup di setiap generasi. Karena sejatinya, Pram telah mengajarkan satu hal yang abadi:
"Selama manusia masih punya hati nurani, selama itu pula kebenaran tak bisa dibungkam."
Jadi, buku Pram mana yang paling membekas dalam ingatanmu? Atau mungkin, sudah saatnya membuka lembaran baru dan membaca karyanya untuk pertama kali?.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI