Meski jarang, ada beberapa pemain sepak bola profesional yang berasal dari keluarga kaya. Salah satunya adalah Ricardo Kaka, mantan bintang AC Milan dan Real Madrid. Kaka berasal dari keluarga mapan; ayahnya seorang insinyur sipil dan ibunya seorang guru.
Namun, kasus seperti ini lebih merupakan pengecualian daripada norma. Kebanyakan anak konglomerat lebih memilih jalur karir yang lebih "aman" dan terjamin.
Jadi, mengapa anak-anak konglomerat Indonesia jarang menjadi pemain sepak bola? Jawabannya terletak pada kombinasi faktor-faktor seperti persepsi terhadap karir sepak bola, risiko cedera, kurangnya motivasi finansial, dan fokus pada pendidikan serta karir lain.
Meski begitu, bukan berarti mereka tidak berkontribusi pada dunia sepak bola. Beberapa di antaranya justru memilih untuk terlibat sebagai pemilik klub, membuktikan bahwa ada banyak cara untuk mencintai olahraga ini.
Bagaimana menurutmu? Apakah sepak bola harus menjadi pilihan utama, atau ada jalur lain yang lebih menjanjikan? Mari kita bahas bersama!.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI