Setiap kali memberikan aturan, pastikan anak tahu alasannya. Misalnya, "Kamu harus tidur lebih awal supaya besok nggak mengantuk di sekolah."
Hukuman fisik atau verbal mungkin membuat anak patuh sementara, tapi efek jangka panjangnya bisa merusak hubungan. Fokuslah pada konsekuensi logis yang mendidik.
Ketika anak melakukan sesuatu dengan baik, berikan apresiasi. Tapi jangan berlebihan, ya! Cukup bilang, "Terima kasih sudah membantu mama tadi, nak."
Anak adalah peniru ulung. Kalau kamu ingin anak menghormati aturan, tunjukkan bahwa kamu juga menghormati aturan tersebut.
Jangan Takut Berubah
Jika selama ini kamu merasa cara mendidik anak lebih banyak didasari rasa takut, jangan berkecil hati. Selalu ada waktu untuk belajar dan memperbaiki. Hubungan yang penuh cinta dan komunikasi yang sehat bisa dimulai kapan saja, bahkan ketika anak sudah besar.
Anak-anak adalah cerminan dari cara kita memperlakukan mereka. Jika kita menanamkan rasa sayang, mereka akan tumbuh dengan penuh kasih. Tapi jika yang ditanam adalah rasa takut, maka yang tumbuh mungkin hanya kepatuhan tanpa jiwa.
Jadi, kamu pilih yang mana? Membesarkan anak yang patuh karena rasa sayang atau takut? Semoga setelah membaca ini, kamu bisa mengambil langkah yang tepat untuk membangun hubungan yang sehat dengan anak-anak. Karena mereka adalah investasi terbaik yang kita punya untuk masa depan! .-TG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H