Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - SEO Specialist

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apple dan Ketidakpuasan Pemerintah

13 November 2024   14:18 Diperbarui: 13 November 2024   14:23 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Money - Bayangkan, sebuah perusahaan teknologi besar seperti Apple yang setiap tahun meraup keuntungan luar biasa di Indonesia, dengan total penjualan yang mencapai angka fantastis: Rp30 triliun. Namun, meskipun angka penjualannya begitu mencengangkan, perusahaan sekelas Apple justru dipertanyakan komitmennya terhadap investasi yang sudah disepakati dengan pemerintah Indonesia. Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai bentuk ketidakadilan. Bagaimana bisa, sebuah raksasa teknologi yang begitu sukses, enggan memenuhi kewajiban investasi yang jauh lebih kecil dibandingkan cuan yang mereka dapatkan?

Ini adalah gambaran dari apa yang sedang terjadi antara pemerintah Indonesia dan Apple. Sebuah hubungan yang terlihat menguntungkan di permukaan, namun di balik layar, masalah besar sedang mencuat---khususnya terkait komitmen investasi yang belum terpenuhi. Lantas, mengapa Apple enggan memenuhi janji tersebut? Apa dampaknya bagi Indonesia? Dan apa yang sebenarnya diinginkan oleh pemerintah Indonesia dalam masalah ini?

"Apple raih Rp30 triliun di Indonesia, namun tak penuhi janji investasi Rp300 miliar. Pemerintah tawarkan tiga opsi, termasuk R&D dan pengembangan Apple Academy. "

Penjualan Fantastis, Tapi Komitmen Investasi Tak Terpenuhi

Pada tahun 2023, Apple tercatat sukses besar di pasar Indonesia. Penjualan produk-produk Apple---seperti iPhone, iPad, dan MacBook---mencapai lebih dari Rp30 triliun. Sebuah angka yang tentu saja tidak bisa dianggap remeh. Namun, ada satu masalah besar yang mencuat: Apple tidak memenuhi kewajibannya untuk menuntaskan komitmen investasi sebesar Rp300 miliar yang merupakan bagian dari kesepakatan investasi senilai Rp1,7 triliun yang telah disepakati pada tahun-tahun sebelumnya.

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa meski penjualan Apple di Indonesia sudah sangat besar, perusahaan tersebut belum menuntaskan sisa kekurangan investasi yang telah disepakati sebelumnya. Hal ini menimbulkan ketegangan, karena pemerintah Indonesia merasa seolah-olah Apple mengambil keuntungan besar di Indonesia, tetapi tidak memenuhi bagian mereka dalam kesepakatan tersebut.

"Investasi Apple yang disepakati waktu itu sekitar Rp1,7 triliun sampai 2023. Tapi, penjualan produk HKT Apple saja, pada 2023, lebih dari Rp30 triliun," kata Agus dalam sebuah pernyataan. "Kekurangan Rp300 miliar itu enggak besar, lebih kecil dari Rp300 miliar setelah kita audit. Untuk perusahaan sekelas Apple, itu jumlahnya kacangan."

Apple vs Pemerintah Indonesia: Mengapa Investasi Belum Terpenuhi?

Dari luar, tampaknya Apple dan Indonesia menjalani hubungan yang cukup harmonis. Apple tentu saja mendapat banyak manfaat dari pasar Indonesia yang luas dan berkembang pesat, dengan konsumen yang terus meningkat. Namun, ketidaksesuaian antara apa yang dijanjikan Apple dan apa yang direalisasikan di lapangan menjadi masalah besar bagi pemerintah.

Menurut Agus, meskipun selisih investasi yang belum terealisasi hanya sekitar Rp300 miliar, hal ini tetap dianggap signifikan oleh pemerintah. Mengapa? Karena Indonesia sebagai negara berkembang memiliki ekspektasi besar terhadap perusahaan-perusahaan global untuk berkontribusi pada pengembangan industri dalam negeri, bukan hanya mengambil keuntungan dari pasar yang ada.

Namun, bagi Apple, mungkin ada alasan tersendiri mengapa mereka belum memenuhi janji investasi tersebut. Apple dikenal dengan pendekatan bisnis yang sangat selektif dan terkadang konservatif dalam berinvestasi di negara-negara berkembang. Mereka mungkin merasa bahwa Indonesia belum sepenuhnya siap untuk mendukung infrastruktur atau ekosistem yang dibutuhkan untuk investasi besar seperti yang diinginkan pemerintah.

Dampak Terhadap Ekonomi Indonesia

Di sisi lain, ketidakpenuhinya komitmen investasi dari Apple bisa dilihat sebagai sinyal negatif bagi perekonomian Indonesia. Jika perusahaan sebesar Apple pun bisa 'bermain' dengan kesepakatan investasi, bagaimana dengan perusahaan-perusahaan multinasional lainnya yang juga memiliki kewajiban serupa? Apakah ini akan mempengaruhi iklim investasi di Indonesia?

Selain itu, dalam konteks perekonomian digital yang semakin berkembang, kehadiran perusahaan-perusahaan teknologi global seperti Apple sangat penting untuk mendorong inovasi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing industri lokal. Pemerintah tentu berharap agar perusahaan-perusahaan besar ini juga berperan aktif dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, teknologi, dan infrastruktur di dalam negeri. Tanpa investasi yang cukup, ambisi Indonesia untuk menjadi pusat ekonomi digital di Asia Tenggara bisa terhambat.

iPhone 16: Kontroversi Terbaru

Situasi ini memuncak dengan kontroversi terbaru seputar peluncuran iPhone 16. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian telah melarang peredaran iPhone 16 di pasar Indonesia karena tidak memenuhi persyaratan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang dipatok pemerintah. Produk Apple, khususnya iPhone terbaru, gagal memenuhi syarat TKDN yang ditetapkan, yakni minimal 35 persen komponen dalam negeri.

Keputusan pemerintah ini tentu menjadi sorotan, karena iPhone 16 adalah salah satu produk unggulan Apple yang sangat dinantikan. Namun, meskipun produk Apple sangat populer di Indonesia, jika mereka tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah, mereka tidak akan bisa mengedarkan produknya di pasar lokal.

"Produk yang tidak memenuhi TKDN tidak boleh beredar di Indonesia. Ini termasuk produk Apple terbaru, yakni iPhone 16," tegas Agus Gumiwang.

Tiga Pilihan untuk Apple: Apa yang Diharapkan Pemerintah Indonesia?

Pemerintah Indonesia tidak tinggal diam. Mereka menawarkan tiga opsi kepada Apple untuk menyelesaikan masalah investasi ini:

  1. Membangun Fasilitas Research and Development (R&D):
    Pemerintah meminta Apple untuk membangun fasilitas R&D di Indonesia. Fasilitas ini tidak hanya akan membantu mengembangkan teknologi baru, tetapi juga memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan kemampuan riset dan inovasi dalam bidang teknologi. Hal ini penting karena, dengan adanya R&D, Indonesia bisa memperkuat posisinya dalam global value chain (rantai pasokan global) yang semakin kompleks.

  2. Menjadi Bagian dari Global Value Chain:
    Pemerintah Indonesia mengidentifikasi sejumlah komponen Apple yang bisa diproduksi di Indonesia, dan menawarkan peluang bagi perusahaan lokal untuk terlibat dalam proses produksi. Ini akan memberikan manfaat langsung bagi industri manufaktur lokal dan meningkatkan kesempatan kerja.

  3. Mengembangkan Apple Academy:
    Sebagai alternatif, Apple diminta untuk lebih serius mengembangkan fasilitas Apple Academy yang telah ada di Indonesia. Fasilitas ini bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada generasi muda Indonesia agar mereka bisa lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja di bidang teknologi.

Mencari Keadilan dalam Hubungan Bisnis

Di satu sisi, Apple tentu saja memiliki hak untuk mengelola bisnis mereka sesuai dengan kebijakan dan strategi yang mereka pilih. Namun, di sisi lain, Indonesia juga memiliki hak untuk memastikan bahwa perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi di negaranya turut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi dan industri lokal.

Kasus ini adalah cerminan dari tantangan yang dihadapi oleh banyak negara berkembang yang berusaha menarik investasi asing, sambil memastikan bahwa investasi tersebut memberikan manfaat nyata bagi perekonomian dan masyarakat. Apakah Apple akan memenuhi komitmennya? Atau akankah ketegangan ini berlarut-larut? Hanya waktu yang akan menjawab. Tapi satu hal yang pasti: pemerintah Indonesia tidak akan tinggal diam begitu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun