Namun, di sisi lain, terdapat juga fenomena menarik yang perlu diperhatikan, yakni penurunan partisipasi kurban dari kalangan kelas menengah.Â
Data menunjukkan bahwa terjadi penurunan dalam partisipasi kurban pada kambing-domba dengan berat 20-40 kg per ekor.Â
Hal ini mencerminkan dampak langsung dari kondisi ekonomi yang kurang stabil, di mana fenomena seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan tingginya tingkat pengangguran turut berperan.
Di sisi lain, terjadi peningkatan signifikan dalam partisipasi kurban dari kalangan kelas atas, khususnya dalam hal sapi-kerbau dengan berat sekitar 750 kg per ekor.Â
Ini menunjukkan bahwa kelompok kelas terkaya masih mampu untuk berkontribusi dalam praktik kurban, bahkan dengan proporsi yang lebih besar dari sebelumnya.Â
Namun, perlu dicatat bahwa fenomena ini juga menegaskan adanya kesenjangan ekonomi yang semakin membesar di Indonesia.
Analisis ini menjadi penting dalam konteks pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.Â
Dengan adanya kesenjangan ekonomi yang semakin membesar, tantangan bagi pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan menjadi semakin kompleks.Â
Langkah-langkah yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat perlu ditempuh dengan sungguh-sungguh, agar semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Di samping itu, praktik kurban juga membawa peluang-peluang baru dalam pengembangan ekonomi lokal, terutama dalam hal pengolahan dan distribusi daging kurban.Â
Pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan perlu memperhatikan potensi ini dan mengembangkan strategi-strategi yang tepat untuk memanfaatkannya secara optimal.