Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - SEO Specialist

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Money

Dinamika Ekonomi Kurban di Indonesia 2024

10 Juni 2024   11:23 Diperbarui: 10 Juni 2024   12:27 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dinamika Ekonomi Kurban di Indonesia 2024 (Dok. Pribadi)

Pada setiap perayaan Idul Adha, praktik kurban menjadi momen penting bagi umat Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk menyumbangkan hewan ternak sebagai bagian dari ibadah dan pengorbanan. 

Selain nilai keagamaannya, praktik kurban juga memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi, terutama dalam hal perdagangan hewan ternak dan distribusi daging kurban. 

Tahun 2024 menjadi tahun yang menarik untuk dianalisis dalam konteks ekonomi kurban di Indonesia, mengingat adanya dinamika sosial-ekonomi yang cukup kompleks.

Menurut Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), potensi ekonomi kurban di Indonesia pada tahun 2024 mencapai angka yang mengesankan, yakni sebesar Rp 28,2 triliun dari partisipasi sekitar 2,16 juta pekurban atau shahibul qurban. 

Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya, yang mencatatkan potensi ekonomi sebesar Rp 24,5 triliun dari partisipasi sekitar 2,08 juta pekurban. 

Namun, di balik angka-angka tersebut, terdapat beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan.

Pertama-tama, kita perlu memahami komposisi dari kelompok pekurban itu sendiri. 

Mayoritas dari kelompok ini berasal dari kalangan muslim berdaya beli tinggi. 

Mereka memiliki peran yang signifikan dalam menyumbangkan kambing-domba sebanyak 1,21 juta ekor dan sapi-kerbau sebanyak 587 ribu ekor. 

Dari perhitungan berat dan berat karkas hewan kurban, diperkirakan potensi daging yang dihasilkan mencapai 117,2 ribu ton. 

Ini menunjukkan bahwa kontribusi dari kalangan ini sangat berdampak terhadap ekonomi domestik, terutama dalam sektor peternakan dan distribusi daging.

Namun, di sisi lain, terdapat juga fenomena menarik yang perlu diperhatikan, yakni penurunan partisipasi kurban dari kalangan kelas menengah. 

Data menunjukkan bahwa terjadi penurunan dalam partisipasi kurban pada kambing-domba dengan berat 20-40 kg per ekor. 

Hal ini mencerminkan dampak langsung dari kondisi ekonomi yang kurang stabil, di mana fenomena seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan tingginya tingkat pengangguran turut berperan.

Di sisi lain, terjadi peningkatan signifikan dalam partisipasi kurban dari kalangan kelas atas, khususnya dalam hal sapi-kerbau dengan berat sekitar 750 kg per ekor. 

Ini menunjukkan bahwa kelompok kelas terkaya masih mampu untuk berkontribusi dalam praktik kurban, bahkan dengan proporsi yang lebih besar dari sebelumnya. 

Namun, perlu dicatat bahwa fenomena ini juga menegaskan adanya kesenjangan ekonomi yang semakin membesar di Indonesia.

Analisis ini menjadi penting dalam konteks pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. 

Dengan adanya kesenjangan ekonomi yang semakin membesar, tantangan bagi pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan menjadi semakin kompleks. 

Langkah-langkah yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat perlu ditempuh dengan sungguh-sungguh, agar semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Di samping itu, praktik kurban juga membawa peluang-peluang baru dalam pengembangan ekonomi lokal, terutama dalam hal pengolahan dan distribusi daging kurban. 

Pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan perlu memperhatikan potensi ini dan mengembangkan strategi-strategi yang tepat untuk memanfaatkannya secara optimal.

Demikianlah, dinamika ekonomi kurban di Indonesia tahun 2024 menghadirkan tantangan dan peluang yang perlu diperhatikan dengan cermat. 

Dengan pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi praktik kurban dan dampaknya terhadap ekonomi, diharapkan kita dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk membangun masyarakat yang lebih sejahtera dan adil bagi semua.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun