Putus sekolah merupakan masalah yang sering terjadi di banyak negara, termasuk Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi sekolah di Indonesia masih rendah.Â
Tingkat partisipasi sekolah pada usia 7-15 tahun mencapai 97,6 persen, sedangkan tingkat partisipasi sekolah pada usia 16-18 tahun hanya mencapai 67,8 persen. Tingginya angka putus sekolah memunculkan dampak negatif yang luas pada individu, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan.
Dampak negatif pertama dari tingginya angka putus sekolah adalah menurunnya kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif.Â
Tingginya angka putus sekolah menyebabkan sumber daya manusia yang dihasilkan kurang berkualitas dan kurang siap menghadapi persaingan global. Sumber daya manusia yang kurang berkualitas akan mempengaruhi produktivitas ekonomi secara keseluruhan.Â
Selain itu, sumber daya manusia yang kurang berkualitas cenderung mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga kemungkinan untuk hidup sejahtera dan mandiri pun menjadi semakin kecil.
Dampak negatif kedua dari tingginya angka putus sekolah adalah peningkatan kemiskinan dan ketidaksetaraan sosial. Pendidikan memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mengurangi kemiskinan.Â
Namun, tingkat putus sekolah yang tinggi berdampak pada penurunan kualitas pendidikan yang disediakan, dan pada gilirannya memperburuk kondisi kemiskinan dan ketidaksetaraan sosial.Â
Orang-orang yang putus sekolah cenderung mengalami kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang layak, dan akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka dan keluarga mereka. Akibatnya, orang-orang yang putus sekolah menjadi rentan terhadap kemiskinan dan kesulitan sosial.
Dampak negatif ketiga dari tingginya angka putus sekolah adalah meningkatnya risiko kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang putus sekolah memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku.Â
Hal ini dapat disebabkan oleh rasa putus asa dan perasaan rendah diri yang seringkali dirasakan oleh anak-anak yang putus sekolah. Kondisi ini dapat berdampak pada kesehatan mental individu tersebut hingga ke tahap dewasa.
Dampak negatif keempat dari tingginya angka putus sekolah adalah meningkatnya risiko kriminalitas dan perilaku merusak. Orang-orang yang putus sekolah cenderung mengalami kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang layak, dan pada akhirnya memilih untuk bekerja secara informal atau bahkan terlibat dalam tindakan kriminal.Â
Selain itu, ketidakmampuan mereka dalam mengembangkan keterampilan dan kompetensi membuat mereka terusir dari komunitas yang memiliki pandangan positif terhadap pendidikan. Hal ini dapat mengarah pada perilaku merusak atau kejahatan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Dampak negatif kelima dari tingginya angka putus sekolah adalah menurunnya kualitas hidup. Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk kualitas hidup yang lebih baik, baik secara individual maupun sosial.Â
Orang-orang yang memiliki pendidikan yang baik cenderung memiliki kesehatan yang lebih baik, pekerjaan yang lebih baik, dan kehidupan sosial yang lebih positif. Namun, orang-orang yang putus sekolah cenderung mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut, sehingga kualitas hidup mereka menjadi lebih rendah.
Dampak negatif keenam dari tingginya angka putus sekolah adalah kurangnya partisipasi dalam kegiatan politik dan sosial. Orang-orang yang memiliki pendidikan yang baik cenderung memiliki kesadaran sosial dan politik yang lebih baik, serta kemampuan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial dan politik.Â
Namun, orang-orang yang putus sekolah cenderung kurang memiliki kesadaran sosial dan politik, dan kurang mampu untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi partisipasi mereka dalam pembangunan sosial dan politik di masyarakat.
Konsekuensi jangka panjang dari tingginya angka putus sekolah adalah menurunnya daya saing negara. Pendidikan merupakan faktor penting dalam mengembangkan sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, jika tingkat putus sekolah terus tinggi, maka akan mempengaruhi daya saing negara dalam jangka panjang.Â
Sumber daya manusia yang berkualitas akan meningkatkan daya saing negara di tingkat global, dan sebaliknya, sumber daya manusia yang kurang berkualitas akan menurunkan daya saing negara di tingkat global.
Dalam mengatasi masalah putus sekolah, perlu ada upaya untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas pendidikan, khususnya di daerah-daerah yang memiliki tingkat putus sekolah yang tinggi.Â
Diperlukan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan, serta memberikan akses dan sumber daya yang cukup untuk anak-anak yang kurang beruntung. Selain itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan kualitas guru dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan tingkat putus sekolah dapat diturunkan dan dampak negatif yang dihasilkan dapat diminimalkan.
Dalam kesimpulannya, tingginya angka putus sekolah memiliki dampak negatif yang luas pada individu, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan. Dampak negatif tersebut meliputi menurunnya kualitas sumber daya manusia, peningkatan kemiskinan dan ketidaksetaraan, meningkatnya tingkat kejahatan dan perilaku merusak, serta menurunnya partisipasi dalam kegiatan politik dan sosial.Â
Konsekuensi jangka panjang dari tingginya angka putus sekolah adalah menurunnya daya saing negara di tingkat global. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengatasi masalah putus sekolah dengan meningkatkan partisipasi dan kualitas pendidikan, memberikan akses dan sumber daya yang cukup, serta meningkatkan kualitas guru dan sistem pendidikan secara keseluruhan.
Meningkatkan kualitas pendidikan dan mengatasi masalah putus sekolah bukanlah tugas yang mudah, tetapi sangat penting untuk masa depan individu dan masyarakat.Â
Upaya-upaya yang dilakukan dapat dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan mengurangi faktor-faktor yang menyebabkan anak-anak putus sekolah, seperti kemiskinan, kurangnya sumber daya, dan kurangnya dukungan dari keluarga.Â
Selain itu, pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan perlu memberikan perhatian lebih untuk memperbaiki kualitas pendidikan, baik dalam hal fasilitas, kurikulum, maupun kualitas guru.
Dalam jangka panjang, upaya-upaya ini diharapkan dapat menurunkan tingkat putus sekolah dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas, Indonesia akan menjadi negara yang lebih kompetitif di tingkat global dan dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.Â
Selain itu, masyarakat Indonesia juga akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan dapat terlibat aktif dalam kegiatan politik dan sosial untuk membangun masyarakat yang lebih baik.
Dalam mengakhiri artikel ini, penting untuk diingat bahwa pendidikan adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi jangka panjang untuk masa depan individu dan masyarakat.Â
Oleh karena itu, semua pihak perlu bergandengan tangan untuk mengatasi masalah putus sekolah dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan begitu, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Indonesia dan masyarakat secara keseluruhan. (*)
Tiyarman Gulo, 5 Mei 2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI