Mohon tunggu...
Tiyan Qurrotaayun
Tiyan Qurrotaayun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Prodi Sosiologi UNS 2020

:D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bystander Effect: Bentuk Ketidakpedulian Masyarakat Urban?

30 Desember 2021   09:46 Diperbarui: 30 Desember 2021   09:55 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Definisi

Secara umum, bystander effect dianggap sebagai fenomena empiris dari Psikologi Sosial (Darley & Latane, 1968. Latane& Nida, 1981). Di mana bystander effect terjadi pada seseorang yang menghadapi situasi manusia lain dalam kesulitan, tetapi hanya memerhatikan dan tidak berbuat apa-apa untuk membantunya karena beranggapan ada orang lain yang juga hadir dan bersedia menolong orang yang sedang kesulitan tersebut. Ditambah pula semua orang memikirkan hal yang serupa, yang berakibat pada  tidak ada orang yang menolong sama sekali. Oleh karena itu, fenomena ini disebut bystander karena orang-orang hanya menonton korban meminta tolong sambil berharap orang lain akan membantunya.

Penyebab

Peneliti psikologi sosial, seperti John Darley dan Mark Levin menggarisbawahi dua kemungkinan penyebab mengapa bystander effect bisa terjadi, yaitu: pengaruh dari bystander lain dan diffusion of responsibility.

Kemungkinan pertama, yakni pengaruh dari bystander lain. Seringkali terjadi ketika orang-orang melihat kecelakaan atau insiden, mereka mengamati terlabih dahulu apa yang dilakukan orang-orang lain yang juga menyaksikannya. Jika di antara bystander ini tidak melakukan apa-apa, bystander lain kebanyakan berpikir tidaklah penting (atau perlu) untuk menolong (yang disebut sebagai ignorance).

Adapun kemungkinan kedua, diffusion of responsibility atau difusi tanggung jawab. Bystander merasa bahwa kewajiban mereka menolong lebih rendah dibanding dengan bystander lain sehingga tidak ada yang merasakan urgensi tanggung jawab untuk menolong. Hal tersebut sesuai dengan teori Darley dan Latane yang percaya bahwa jumlah saksi mata yang besar akan menurunkan rasa ingin menolong.

Contoh Kasus

Contoh kasus yang sering terjadi bystander effect di dalamnya bisa terlihat dari kasus-kasus kecelakaan kendaraan, di mana apabila banyak saksi mata yang melihat, maka mereka mengalami kecenderungan untuk tidak menolong apa-apa atau hanya melihat dan diam saja, sehingga hal tersebut akan menghambat evakuasi korban.

Selain itu, terdapat pula contoh kasus yang mungkin sering kita temui di lingkungan terdekat seperti kekerasan dalam rumah tangga. Misalnya, ketika menyaksikan atau mendengar tetangga dilukai oleh pasangannya, kemudian ia meminta pertolongan kepada tetangga-tetangga, namun banyak tetangga tidak melakukan apa-apa. Hal tersebut termasuk dalam bystander effect. Adapun alasan terbesar yang paling sering diungkapkan oleh orang-orang adalah tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga orang lain.

Hal yang Harus Dilakukan

Latane dan Darley merumuskan lima tahap yang akan dilalui seseorang sebelum memutuskan untuk membantu dalam situasi darurat atau tidak, yaitu:

1. Menyadari adanya sebuah situasi (noticing an event)

Seseorang perlu menyadari adanya sebuah kejadian atau situasi untuk bisa merespon situasi tersebut.

2. Menafsirkannya sebagai situasi darurat (interpreting the event as an emergency)

Kemudian, orang tersebut harus berhasil menafsirkannya ke dalam situasi darurat. Jika pada tahap ini ia gagal menafsirkannya sebagai situasi darurat, ia tidak akan mendapatkan urgensi untuk menolong.

3. Mengambil tanggung jawab (assuming responsibility)

Setelah mengetahui adanya situasi darurat, orang tersebut juga harus berhasil menentukan apakah dia mau mengambil tanggung jawab atas kejadian itu atau tidak. Banyaknya bystander membuat seseorang berpikir bahwa sudah ada orang lain yang menolong atau bertanggung jawab atas kejadian tersebut sehingga orang tersebut merasa tidak perlu membantu.

4. Mengetahui bagaimana caranya menolong (knowing how to help)

Meskipun sudah mengambil tanggung jawab, belum tentu seseorang memutuskan untuk menolong kalau ia tidak mengetahui cara untuk menolong korban.

5. Memutuskan untuk melaksanakan pertolongan (deciding to implement the help)

Meskipun seseorang sudah tahu bagaimana caranya menolong, dalam situasi tertentu akan ada sejumlah hal yang membuat orang tersebut tetap ragu untuk menolong. Misalnya, takut salah ketika melakukan pertolongan, takut dimarahi, atau takut dikomentari orang lain.

Namun, apabila kita tidak mampu menolong korban secara langsung, kita bisa melakukan beberapa hal di bawah ini untuk bisa meminimalisir perkembangan dari suatu kasus secara signfikan :

  1. Mencari bantuan dari orang lain di sekitar TKP yang dianggap lebih kapabel untuk melakukan pertolongan.
  2. Menelepon LSM, RS, atau lembaga apapun yang bisa membantu segera sehubungan dengan situasi.
  3. Tidak memperburuk keadaan dengan “menonton” dan diam saja tanpa melakukan apapun, serta membuat jalanan semakin macet.

Sumber :

https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/bystander-effect-adalah/

Wiradharma, Gunawan. Setiyadi, Rahmat. (2017). Bystander Effect: Keidakpedulian Orang Urban.  Hal, 102. Prosiding Seminar Nasional Budaya Urban. FIB UI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun