Mohon tunggu...
Tiwi Rahma
Tiwi Rahma Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang ketik

Senang nonton film dan menuliskan apa yang ada di dalam pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Stereotip Trilingual dalam Bingkai Usia

23 September 2024   06:20 Diperbarui: 24 September 2024   13:32 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kompas.com

       Lahir dari sepasang orangtua dengan latar belakang sesuku, lingkaran pertemanan yang sebatas anak-anak sekampung dan di sekolah para pengajar banyak mengunakan bahasa indonesia yang diselingi bahasa daerah selama proses belajar mengajar. Membuat kita di masa-masa sekolah kala itu, merasa cukup dengan menguasai bahasa daerah dan bahasa indonesia.


       Bahkan, sampai di bangku sekolah menengah atas ketika ada pelajaran bahasa asing seperti; bahasa inggris, bahasa jepang yang hanya seminggu sekali dengan durasi 2 jam mata pelajaran. Kita mengikutinya hanya untuk menggugurkan kewajiban belajar di hari itu.

       Mungkin, sebagian besar dari kita, ada yang pernah memiliki pemikiran, seperti; Kenapa sih kita harus belajar bahasa inggris? Kita itu orang indonesia. Jadi, kenapa harus capek-capek belajar bahasa negara lain?  dan pemikiran lain semacamnya yang akhirnya mengabaikan peluang untuk mempelajari bahasa asing meliputi mengasah kemampuan bicara, kemampuan membaca dan kemampuan menulis, sedini mungkin.


       Tetapi, sayangnya. pemikiran-pemikiran itu sering disambut oleh fakta masa depan yang sangat bertolak belakang. Iya, begitu masuk dunia kerja. Faktanya, untuk bisa memiliki jenjang karier yang bagus.  Penguasaan bahasa inggris utamanya dalam hal komunikasi, menjadi persyaratan tak tertulis yang wajib dimiliki.


       Dan, sampai saat itu tiba. Mungkin kita sudah mendekati usia 30-an tahun  atau bahkan, kita sudah berusia lebih dari 30-an tahun. Lantas, apa yang seketika terlintas dalam benak ketika mengetahui fakta tersebut? Saat di masa lalu telah dengan sadar mengabaikan kesempatan. Mengabaikan kesempatan dengan langkah percaya diri.


Menyesalkah?


Andai saja dulu giat belajar bahasa inggris dengan benar. Pasti saat ini memiliki karier  dengan posisi lebih dari ini. Usia sekarang mana bisa belajar bahasa inggris?


       Narasi semacam itukah yang memenuhi benak seketika? Narasi seperti itu terasa wajar memenuhi benak, ketika usia sudah mendekati 30-an atau lebih dari itu, tapi baru akan belajar bahasa asing dari dasar. Terasa mustahil. Ditambah anggapan yang ada di masyarakat bahwa bila belajar bahasa asing di usia dewasa tidak akan mungkin berhasil karena semakin dewasa seseorang kemampuan otaknya untuk mempelajari bahasa baru pun akan semakin menurun.


       Padahal menurut seorang profesor linguistik, Universitas Gorgetown bernama Lourdes Ortega dikutip dari website national geograpic, Ia mengatakan; berdasarkan sebuah penelitian didapatkan sebuah temuan dimana ternyata orang dewasa lebih pandai dalam mempelajari segala macam hal baru karena kita memiliki pengaturan diri lebih baik dan ketekunan saat menginginkan sesuatu. Setiap orang dewasa di dunia memiliki kefasihan, kemahiran serta kapasitas yang berbeda-beda terkait keinginan mereka mempelajari bahasa baru. Tetapi, sesungguhnya tidak ada batasan usia untuk belajar suatu bahasa tertentu.


Lalu, sebenarnya apa yang terjadi pada otak manusia dewasa ketika mulai belajar bahasa baru?


       Jika melihat stereotip masyarakat awam terkait kemampuan otak manusia dewasa untuk mempelajari bahasa baru dengan hasil penelitian ilmiah yang dikemukakan oleh Lourdes ortega yang bertolak belakang. Ternyata, dari penelitian yang dilakukan oleh Xuehu Wei dan tim peneliti dari  Max Planck Institute for Human Cognitive and Brain Sciences juga diketahui bahwa; saat mempelajari bahasa baru konektifitas antara area dua bahasa di kedua belahan otak meningkat seiring kemajuan pembelajaran. Mempelajari bahasa baru memperkuat sub jariangan leksial dan fonologis di kedua belahan otak, terutama fase kedua pembelajaran yaitu fase konsolidasi. Fase dimana setiap informasi berupa kosa kata baru dan pola kalimat suatu bahasa masuk ke dalam memori jangka panjang dan diingat oleh otak.


       Pada dasarnya walau otak manusia dewasa tidak sefleksibel otak anak-anak. Tetapi, otak manusia dewasa masih tetap mampu beradaptasi dan berubah. Dan terdapat beberapa manfaat belajar bahasa baru untuk otak orang dewasa antara lain;


1. Meningkatkan kemampuan otak untuk membentuk koneksi syaraf baru dan koneksi syaraf yang sudah ada untuk meningkatkan fungsi otak secara menyeluruh. 

2. meningkatkan kreatifitas, fokus, konsentrasi dan menjaga memori dalam otak supaya tidak cepat lupa.


       Setelah mengetahui fakta-fakta tersebut, adakah yang mulai tertarik untuk belajar bahasa asing? Ada beberapa tips belajar yang bisa digunakan untuk mulai belajar bahasa asing antara lain;


1. Memulai Dengan mengumpulkan dan menghafal kosakata baru; kegiatan mengumpulkan kosakata tersebut dapat berguna untuk nantinya merangkai suatu kalimat saat melakukan percakapan dengan lawan bicara.

2. Melakukan teknik ShadowWing; yang mana kita mendengarkan audio percakapan. Lantas di waktu yang hampir bersamaan kita melakukan menirukan, melakukan pengulangan dalam pelafalan kata-kata atau kalimat yang kita dengar.

3. Menggunakan aplikasi belajar bahasa secara online yang interaktif.

4. Menulis buku diary menggunakan bahasa baru yang kita pelajari. 

5. Membuat jadwal belajar dan disiplin belajar sesuai jadwal.

6. Jika perlu mengambil kelas kursus bahasa untuk semakin memaksimalkan proses belajar.


Dari paparan paragraf sebelumnya. Semoga kita selalu bisa menjaga harapan tetap membara, untuk mengembangkan kemampuan berbahasa asing. Tidak perduli di usia berapa pun keinginan untuk belajar bahasa itu ada. Apapun motivasi yang melatarbelakangi keinginan tersebut. Jangan ragu untuk memulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun