Mohon tunggu...
Tivana Fachrian
Tivana Fachrian Mohon Tunggu... Seniman - Coupleblogger

We wilt have poetry in our life. And adventure. And love. Love above all!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Suka Duka Kompasianers: Pengalaman Baca Komentar Warganet Facebook

8 Agustus 2022   09:43 Diperbarui: 8 Agustus 2022   09:52 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih dari dua tahun sudah saya berada di sini. Berawal dari banyaknya waktu senggang pada awal masa pandemi Covid-19 di bulan April tahun 2020 lalu, saya meregistrasikan akun Kompasiana dan memperoleh lencana hijau validasi.

Teringat bagaimana rasanya pertama kali artikel tayang, pertama kali artikel mendapat label pilihan, mengalami pasang-surutnya pembaca, pertama kali akun dinyatakan layak diberi kesempatan mendapatkan K-Rewards, dan lain sebagainya. Sampai pada hari saat saya menulis ini, akun saya tengah berjuang sedikit lagi naik dari level Junior ke Taruna.

Di antara semua itu, selalu ada saja hal yang ada-ada saja mewarnai perjalanan. Salah satu yang ingin sekali saya ceritakan adalah pengalaman baca komentar warganet Facebook di akun resmi Kompasiana.

Nah, ini Kompasianers yang pernah mengalami hal serupa saya, bebas berbagi juga pengalamannya di kolom komentar biar semakin seru hehehe.

Akun Facebook Kompasiana adalah yang selalu saya cek pertama kali setiap setelah saya tayangkan artikel. Sebab, saya pingin mencari tahu apakah artikel saya diunggah di halaman tersebut. Apa lagi kalau saya sedang bahas hal seru yang mengundang diskusi, saya selalu berharap ada diskusi yang terbuka berlantaran artikel saya di kolom komentar Facebook tersebut.

Kalau boleh saya jujur (secara ekstrim), saya terhibur dengan berbagai tipe warganet Facebook yang menanggapi tulisan saya. Sini saya kenalin, secara garis besar ada lima tipe:

Yang pertama, warganet cerdas dengan komentar kritis dan berwawasan. Warganet tipe ini biasanya ahli di bidang yang berkaitan dengan isu yang sedang saya bahas. Mereka lebih menceritakan pandangannya terhadap isu tersebut, malah ada juga yang berbagi ilmu baru berkaitan dengan isu sehingga dalam membaca komentarnya saya hanya bisa tersenyum manggut-manggut. Puas sekali!

Yang kedua, warganet yang beriman dan bertakwa. Warganet tipe ini senantiasa menjadikan agama sebagai tolok ukur dalam memberikan penilaian. Ada yang menerangkannya secara fanatik dan keras, ada pula yang menerangkannya secara damai dan lembut.

Yang ketiga, warganet nasionalis. Biasanya, mereka menggunakan cara pandang sebagai seorang warga negara dan menilai isu pembahasan berdasarkan hukum yang berlaku. Ada yang disebutin sekaligus dijelasin sepasal-pasalnya loh hahaha, nggak kalah luar biasa ya?

Keempat, kebalikan dari nasionalis, ada warganet salah negara. Tipikal ini biasanya menilai isu sembari memberikan perbandingan dengan negara lain yang dirasa lebih baik dari negaranya sendiri. Kadang juga, disertai kritik-kritik pada kebijakan negara yang berkaitan dengan isu.

Terus yang kelima, ada warganet maido (maido ini sebuah kata dalam bahasa Jawa yang sebenarnya saya bingung arti yang sepadan di Bahasa Indonesia apa). Gini saja, saya kasih contoh kalimat maido. Misalnya, hari itu saya menulis tentang peluang Timnas Sepakbola Indonesia menjadi juara, lalu ada yang komentar

Alah, palingan kalah! Nggak mungkin bisa menang. Kalo pun menang palingan hoki.

Lha, itu yang namanya maido. Intinya, mereka biasanya berkomentar kontra pada isu yang saya angkat. Ada yang sekadar maido, tapi ada juga yang punya penjelasan tersendiri mengapa dia maido. Saya suka ketika maido-nya beralasan, kadang pemaparan mereka mampu menambah cara pandang baru bagi saya pribadi.

Dan terakhir, yang paling spektakuler ada tipe warganet hemat waktu. Warganet ini seringnya puas membaca judul artikel saja tanpa mengetahui keseluruhan tulisan kemudian dengan penuh semangat serta kepercayaan diri menulis komentar teoritis dan cermerlang. Di antara kelimanya, saya paling suka tipikal seperti ini,

Ngapain baca lengkap, kalau judulnya saja sudah bisa dijustifikasi?

Mantap! Lebih hemat waktu serta tenaga. Tapi, bahayanya adalah ketika warganet seperti ini menemukan artikel yang judulnya sama sekali tidak sesuai isi (klikbait). Bagaimana tidak? Saya yang selama ini tak pernah berbuat demikian saja sering digelitik sampai ngik-ngik, apa lagi kalau saya buat judul semenarik mungkin dan sememancing mungkin! Pasti komentarnya makin hebat dan keren.

Begitulah kelima tipe warganet Facebook yang sering saya temukan ketika artikel kebetulan lumayan ramai di sana. Bagaimana pun tipe warganet yang merubung, saya selalu antusias membaca satu demi satu. Saya pun senantiasa berterima kasih atas kehadiran warganet yang sudah menyempatkan diri membaca artikel saya serta mengomentarinya, bahkan walau dari judulnya saja. Sebab, kehadiran mereka juga sering jadi motivasi tersendiri di saat saya mulai malas ber-Kompasiana.

Eh, sebelum saya tutup, barangkali artikel ini lewat di beranda Facebook, saya hanya ingin menyampaikan salam sehat dan bahagia untuk segala tipikal warganet kecuali yang terakhir. Sebab, seperti kita semua sama tahu tipikal terakhir cuma akan baca sampai judul, tidak akan menyelam hingga ujung kaki tulisan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun