Penelitian juga menunjukkan bahwa passionate love tidak hanya mengaktifkan area otak subkortikal. studi fMRI tentang cinta juga mengungkapkan aktivasi otak di tingkat yang lebih tinggi area otak kortikal yaitu oksipitotemporal/fusiform, regio, gyrus angularis, gyrus frontal tengah, dorsolateral, gyrus temporal superior, korteks oksipital, dan precentral girus.Â
Selain sebagai candu, cinta dalam diri sepasang kekasih juga  mendorong area otak yang terlibat dalam kognisi sosial, perhatian, memori, asosiasi mental, dan representasi diri.
Selain 'mengacaukan' otak, passionate love juga memiliki efek yang besar kepada jantung seseorang. Berikut ini merupakan gambar yang menunjukkan perubahan detak jantung seseorang ketika diperlihatkan beberapa gambar.Â
Yang pertama adalah gambar wajah orang yang dicintai, kedua ketika melihat gambar bayi, ketiga ketika melihat gambar orang tidak dikenal, keempat ketika melihat orang terkenal, dan yang terakhir detak jantung dalam kondisi netral. Dapat dilihat, kondisi perubahan detak jantung ketika melihat wajah orang yang dicintai begitu melompat jauh dan tinggi.
Sains telah membuktikan bahwa cinta terhadap pasangan memiliki pengaruh yang sangat luar biasa bagi tubuh, utamanya pada kinerja otak dan jantung. Cinta yang dikatakan bersifat candu juga mampu membuat seseorang merasa terus ingin berada dekat dengan pasangannya. Keinginan yang kuat inilah yang kita sebut sebagai rasa rindu.
Oleh sebab keterbatasan waktu, maka pada artikel ini, kita runcingkan pembahasan hanya kepada gejala yang dialami tubuh saat terjadinya rindu dalam diri seseorang dengan passionate love, atau rindu yang dirasakan oleh seseorang terhadap kekasihnya.
Menurut studi seorang ahli syaraf, Lucy Brown dari Universitas Yeshiva, Amerika Serikat, gejala yang terjadi di otak saat putus obat dengan yang terjadi saat seseorang mengalami perpisahan dengan sosok yang dicintainya (misalnya akibat putus cinta atau hubungan jarak jauh) dikatakan mirip.
Clarissa Silva, seorang peneliti perilaku dari Amerika Serikat pun memberikan penjelasan bahwa saat jatuh cinta, tubuh akan melepaskan estrogen, testosteron, adrenalin, dopamin, dan serotonin. Perlu diketahui bahwa hormon dopamin merupakan hormon yang menciptakan perilaku ksatria pada pria dan keterikatan mendalam pada wanita.
Pada saat kita jatuh cinta pada seseorang, secara alami tubuh akan mempercepat produksi hormon-hormon di atas, kemudian terjadi suatu intensitas kimiawi yang disebut sebagai cinta. Tak butuh waktu lama untuk tubuh merasakan ketagihan pada euforia perasaan tersebut.Â
Lalu, ketika kita tengah merasa rindu, semua proses di atas mereda. Perubahan tersebut dapat menyebabkan rasa nyeri sebagaimana yang kita rasakan ketika sakit hati. Pada dasarnya, emosi saat seseorang merindu akan meniru kondisi otak ketika kita kehilangan orang yang dicintai (misalnya putus cinta atau saat pasangan meninggal dunia).