Mohon tunggu...
Tivana Fachrian
Tivana Fachrian Mohon Tunggu... Seniman - Coupleblogger

We wilt have poetry in our life. And adventure. And love. Love above all!

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Taare Zameen Par (2007)" Sebuah Film yang Meluapkan Suara Hati Penyandang Disleksia

19 Mei 2020   23:58 Diperbarui: 20 Mei 2020   00:29 4403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taare Zameen Par | Image from IMDb

Taare Zameen Par berarti Bagai Bintang Kecil di Bumi merupakan sebuah film India produksi 2007 dan disutradarai oleh Amole Gupte serta Aamir Khan; sekaligus juga berperan sebagai seorang guru seni di sebuah sekolah asrama.

Film ini menceritakan kisah seorang anak disleksia bernama Ishaan Nandkishor Awasthi. Anak ini selalu dicap sebagai anak nakal, idiot, bodoh, pemalas, bahkan tak waras sebab dia tidak dapat melakukan hal-hal simpel yang anak seusianya bisa lakukan dengan baik seperti membaca, menulis, mengikat tali sepatu, membetulkan kancing baju dan lain sebagainya. Cara pemikirannya pun unik dan berbeda, sering kali anak ini terlihat berbicara sendiri, bergaduh dengan benda mati atau terlihat tertawa dan marah tiba-tiba.

Sedangkan orangtuanya terutama sang ayah selalu memaksanya melakukan hal-hal yang dia tidak bisa tersebut karena terlalu mengkhawatirkan masa depannya, ditambah lagi kakak laki-laki Ishaan merupakan seorang anak yang sangat berprestasi, ini membuat kedua orangtuanya menginginkan supaya Ishaan dapat tumbuh menjadi segemilang sang kakak.

Akibatnya, orangtua yang semestinya menjadi tempat berlindung anak malah menjadi tambahan tekanan dalam hidupnya. Film ini bagaikan tamparan yang keras untuk membuat kita membuka mata dan lebih peduli terhadap anak-anak di sekitar kita; apakah kita betul-betul telah memperlakukan mereka dengan sebaik mungkin.

Apa yang film ini ajarkan kepada kita? Pernahkah anda membayangkan bagaimana rasanya menjadi mereka para penyandang disleksia?

Pertama, dari film ini kita bisa "mengintip" sudut pandang mereka sebagaimana film ini mengambil sudut pandang Ishaan, seolah kita diajak untuk merasakan bagaimana terus tertekan; diminta membaca dan menulis sedangkan tulisan tersebut seakan tampak menari-nari dan berantakan di mata kita, di-bully dan ditertawakan, dijauhi oleh teman, dan yang lain.

Di sini pula dijelaskan bahwa para disleksia ini biasanya memilih untuk menutup kelemahannya dengan melakukan hal-hal nakal dan konyol. 

Disebutkan oleh Marie Lunney, seorang terapis bahasa, bahwa gejala dari disleksia diantaranya adalah kesulitan membaca, ketidakmampuan menulis, ketidakpercayaan diri atau masalah perilaku serta kesulitan dalam mengorganisir dan mengatur perkiraan waktu.

Apa akibat dari tekanan berlebihan yang ditampakkan dalam film ini?

Diceritakan juga, pada mulanya Ishaan sangat suka melukis, namun dengan tekanan dari orangtua dan lingkungannya yang menginginkan dia bisa membaca, menulis dan belajar dengan baik serta kurangnya apresiasi terhadap bakat melukisnya telah membuat dia merasa tak berguna, sampai akhirnya dia memutuskan untuk berhenti, tak mau melukis lagi. 

Sangat menyedihkan, kita harus terus teringat bahwa setiap anak di dunia ini dilahirkan istimewa. Seperti kutipan Albert Einstein "Setiap orang itu jenius. Tapi jika kamu menilai seekor ikan dalam kemampuannya memanjat pohon, maka ia akan selamanya percaya begitu bodohnya dirinya", sebagai informasi Einstein juga ternyata adalah seorang penyandang disleksia, ini membuktikan betapa orang-orang dengan masalah ini juga bisa sukses dan gemilang. 

Jika anda adalah orangtua dari anak disleksia, anda tak perlu khawatir, jadilah orangtua yang baik; yang selalu mendukung anak-anak anda mencapai kesuksesan dalam bidang yang diinginkan dan dikuasainya.

Apakah film ini menyampaikan bagaimana menyikapi para disleksia dengan baik?

Jawabannya adalah ya. Pada akhir cerita Ishaan bertemu dengan seorang guru seni pengganti bernama Rams Shankar Nikumbh yang diperankan oleh Aamir Khan. 

Pak Nikumbh mengerti dengan permasalahan Ishaan; sebab dia sendiri juga merupakan seorang penyandang disleksia. Pak Nikumbh mencoba mengembalikan keinginan Ishaan melukis, membawa dan menghidupkan kembali kepercayaan diri yang terbunuh, kemudian mengajarkannya membaca dan menulis dengan beberapa metode khusus sampai akhirnya menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. 

Hal ini menunjukkan bahwa para disleksia bukanlah orang-orang yang gagal secara total, mereka dapat belajar dengan baik jika menemukan metode yang tepat. 

Dituliskan oleh WebMD Medical Reference, "Disleksia adalah suatu gangguan sejak lahir dan tidak dapat dicegah atau disembuhkan namun dapat diatasi dengan instruksi khusus serta dukungan. Perhatian dini dalam mengenali masalah membaca adalah hal yang sangat penting. Orangtua harus paham bahwa anak-anak dengan disleksia dapat belajar seperti anak-anak lain namun perlu proses pembelajaran yang berbeda. Pengajaran harus dilakukan secara tersendiri dan menyertakan model-model huruf atau kata yang dibentuk menggunakan lilin mainan atau clay, serta media-media lain yang berbentuk tiga dimensi untuk mengajarkan mereka mengenali bentuk setiap huruf dan kata tersebut"

Dari film ini kita tersadar, menjadi seorang penyandang disleksia atau memiliki anak dengan masalah ini bukan merupakan suatu kemalangan atau mungkin hal yang memalukan. 

Kita harus senantiasa mengingat juga bahwa di balik kelemahan pasti ada kelebihan. Kita hanya perlu menggali lebih dalam untuk menemukan kelebihan tersebut. 

Film ini memberitahu kita betapa pentingnya kesadaran menemukan cara tepat dalam menghadapi permasalahan anak, bagaimana dukungan mental dapat membangun seorang anak menjadi luar biasa dan perlakuan buruk bisa menghancurkan hati bahkan hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun