Ada banyak hal yang saya tangkap dari tulisan tersebut yang akhirnya mengesankan "nasihat" yang ditulis salah kaprah (misleading). Mungkin ada baiknya tidak menggunakan kata "nasihat" karena isinya bukan merupakan nasihat melainkan sebuah peringatan. Selain itu, bukankah nasihat harus disampaikan dengan rahasia?
Imam Syafi’i dalam syairnya mengatakan:
Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri,
dan jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian
karena nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk satu jenis pelecehan
yang aku tidak suka mendengarkannya
jika engkau menyelisihi dan menolak saranku
maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti.
Kembali ke tulisan http://www.kompasiana.com/empuratu/mau-menikah-dengan-pria-turki-pertimbangkan-hal-ini_5600103e99937378048b4568 yang dirangkum oleh mba Muthiah. Saya menyayangkan rangkuman tulisan tersebut karena sumber yang dirangkum tidak didasari oleh bukti-bukti yang kuat. Yang terjadi pada si penulis belum tentu terjadi pada saya walau kami sama-sama perempuan yang menikah dengan pria Turki. Yang terjadi pada kami berdua belum tentu pula terjadi pada perempuan-perempuan Indonesia lain yang kelak menikah dengan pria Turki. Belum lagi soal generalisasi terhadap pria-pria Turki.
Ada begitu banyak perempuan Indonesia yang sudah menikah dengan pria Turki dan mereka tinggal tersebar di seluruh Turki, bahkan di negara-negara lain di dunia, bukan hanya Istanbul dan Ankara saja. Membuat tulisan atau rangkuman yang tanpa cek dan ricek seperti di atas adalah sesuatu yang sangat ceroboh.
Untuk mengimbangi tulisan beserta rangkumannya tersebut, silakan baca tulisan perempuan Indonesia yang juga menikah dengan pria Turki:Â http://www.kompasiana.com/yanahanim/ingin-punya-suami-turki-tapi-masih-ragu_5607a6ebf09673aa050351b8Â