Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jangan Bikin Gudang di Rumah!

30 September 2020   14:44 Diperbarui: 5 April 2021   20:57 3564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pria kelas menengah, seperti pada umumnya, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, mapan, kaya dalam hal teknis namun miskin konsep, ego tinggi, serta acapkali sok tahu.

Berniat merenovasi rumah tinggalnya yang berukuran tak terlalu luas namun sudah lewat dari ukuran sempit. Dalam artian, sempit sudah lewat tapi luas belum sampai. Senasib dengan sang empunya, miskin sudah lewat, kaya raya belum.

Seturut dengan rasa percaya dirinya yang meluap-luap, dengan bermodal selembar kertas ukuran besar dibuatlah perombakan-perombakan yang menurutnya baik terhadap rumah yang selama ini ditinggali dan dibeli dari pengembang dengan standar rumah kelas menengah.

Padahal, jika mau aman sang pria sebaiknya menyerahkan rancang bangun rumahnya kepada orang yang ahli di bidangnya, toh biayanya tidak terlalu mahal. Cukup dengan anggaran 1-2 juta rupiah, kita sudah mendapatkan gambar rumah sesuai keinginan beserta perincian biaya yang harus dikeluarkan.

Dengan berpedoman kepada rancangan yang dibuat ahlinya tersebut, kita bisa melanjutkan renovasi rumah dengan hasil yang sudah dapat diperkirakan sebelumnya. Jika pun meleset dari perkiraan, tentunya tidak akan terlalu jauh dan membuat kita tercengang-cengang seperti orang habis kalah judi.

Namun, sang pria kelas menengah tadi memilih jalur yang menyerempet-nyerempet bahaya. Dengan penuh percaya diri, ia memerintahkan para tukang dan mandornya sekaligus untuk merenovasi rumahnya sesuai dengan gambar hasil rancangannya sendiri.

Setelah mengamati gambar dengan kening berkerut hebat, sang mandor menyarankan beberapa perbaikan di sana-sini, namun ditolak mentah-mentah. Akhir kata sang mandor memerintahkan tukang untuk menjalankan apapun yang tertera di gambar.

Malapetaka mulai terjadi, dan terjadinya secara mencicil. Manakala beberapa bagian dinding mulai dibuat, barulah terlihat kekurangan di sana sini.

Mengapa demikian?

Karena, gambar bangunan yang dibuat di atas kertas, akan jauh berbeda jika sudah dijadikan dalam bentuk fisik.

Mengenai ukuran misalnya, ukuran kamar 4x6 di atas kertas tampak tidak terlalu luas, namun jika sudah dibentuk jadi bangunan, maka akan tampak luas dan lengang. Salah buatan kamar tidur bisa tampak seperti lapangan badminton.

Belum lagi penempatan pintu yang dilakukan miskin imajinasi, terutama untuk kamar yang tidak terlalu luas. Begitu pintu selesai dipasang dan dilengkapi tempat tidur dan lemari, jika salah perhitungan bisa mengakibatkan tatkala pintu dibuka yang terlihat langsung adalah bentangan tempat tidur.

Jika sudah demikian, hanya ada dua pilihan untuk mengubahnya, pindahkan pintunya atau kamar tidur berubah fungsi menjadi ruang belajar.

Setidaknya menjadi ruangan yang di dalamnya tidak boleh ada barang yang secara demontratif terlihat mencolok saat pintu dibuka. 

Mengalami kegagalan dalam hal renovasi, sang pria mengumumkan kepada segenap para tetangga, agar tak mengikuti caranya dalam merenovasi rumah, dan serta merta memanggil orang yang paham di bidangnya, membuat rancang bangun sekaligus menyerahkan renovasi rumahnya kepada orang yang ahli.

Dirinya cukup menyampaikan panjang lebar apa yang menjadi impiannya dan menyediakan dana sesuai anggaran yang telah diperkirakan sebelumnya.

Jika di keluarga pria tadi yang aktif adalah sang suami, maka di sebuah keluarga kelas menengah lainnya agak berbeda kejadiannya.

Dalam keluarga lain ini, sang istri yang aktif dalam hal renovasi rumah. Perbedaannya khas, tanpa bermaksud bias gender atau seksisme, jika sang pria kelas menengah tadi pendekatan rancang bangun lebih kepada rumah secara keseluruhan, maka sang istri di keluarga lain tadi pendekatannya lebih mengacu kepada utilitas ruang.

Akibatnya tiap kamar dirancang untuk memiliki toilet dan kamar mandi masing-masing, bahkan untuk tamu pun disediakan satu toilet khusus dan satu lagi untuk pembantu.

Dan saat disadari, ternyata di rumah tersebut lebih banyak kamar mandinya dibandingkan kamar tidur. Sang suami, seperti suami pada umumnya yang segala keputusan berada di tangan istri hanya diam dan bingung setengah mati bercampur jengkel bukan kepalang.

Akhirnya memilih berceloteh di artikel yang ditulisnya, sambil berdoa agar mukjizat segera turun dan mengubah pikiran sang istri. 

Kasusnya sama, setelah renovasi berjalan beberapa waktu, dan toilet sudah dibangun satu di antara lima yang lainnya, barulah sang istri sadar. Itu pun setelah mandor dan tukang bolak balik memberi saran, juga dengan jengkel bukan kepalang.

Akhirnya tiga dari rencana enam toilet batal dibangun, dan menghancurkan satu yang sudah terlanjur dibangun setengah jadi. Sang suami bergembira ria sehari penuh.

Rencanakan dengan Seksama

Dalam ilmu manajemen, disebutkan bahwa dalam melakukan segala sesuatu yang paling perlu diperhatikan adalah rencana.

Sebelum kita melanjutkan ke tahap-tahap implementasi berikutnya, segala sesuatu dan kemungkinannya harus direncakan dengan sematang mungkin, sebab "gagal merencanakan" sama halnya dengan "merencanakan kegagalan."

Demikian pula adanya dengan merenovasi sebuah rumah, terlebih lagi rumah tersebut akan kita tempati dan dijadikan sebagai tempat berteduh hingga usia kita habis.

Sebelum membuat gambar rancangan, yang sebaiknya kita serahkan kepada ahlinya, imajinasikanlah apa yang kita inginkan serta bentuk rumah yang kita impikan. Kemudian buatlah daftar apa-apa saja yang kita inginkan dalam bentuk bangunannya. Misalnya berapa ruang tidur beserta ukurannya, ruang keluarga, toilet, dan lain sebagainya.

Lalu buatlah skala ukuran dan perbandingan besar-kecil ruang yang sesuai dengan postur tubuh rata-rata kita, atau bisa juga dengan ukuran standar internasional. Walaupun kemungkinan rumah kita akan menjadi lebih besar dibandingkan rumah lain pada umumnya.

Perkirakan pemakaian listrik untuk lampu dan alat pendingin serta alat-alat elektronik lainnya. Demi penghematan kita bisa membuat rumah dengan ukuran seminimal dan seefisien mungkin.

Penggunaan cahaya lampu dengan cara seminimal mungkin, dengan saklar lampu yang mudah dijangkau dan diletakkan di dekat pintu, agar jika kita akan keluar ruangan atau masuk ruangan dapat dengan mudah mematikan atau menghidupkan lampu tanpa mengalami kesulitan yang berarti.

Penggunaan bak mandi, yang senantiasa berisi air ditiadakan. Sebab penggunaan pancuran saat mandi jauh lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan gayung dan menyiramkan air ke seluruh tubuh.

Belum lagi jika lupa mematikan air kran saat mengisi air sesudah atau sebelum mandi, salah buatan membuat tagihan air melonjak, setidaknya membikin jengkel barang sejam-dua jam.

Manfaatkan ruangan semaksimal mungkin, ruang tamu lebih baik dibuat sekecil mungkin atau jika perlu ditiadakan, karena untuk jaman sekarang sudah sangat jarang orang bertamu ke rumah tanpa memberi tahu sebelumnya.

Jadi jika pun kita akan kedatangan tamu, kita bisa memilih mau diterima dan diajak bercengkerama di mana. Bisa di ruang keluarga, bisa di teras atau bahkan bia diatur sedemikian rupa dan dengan segala alasan agar tamu tak datang ke rumah.

Janji saja ketemu di cafe atau restoran terdekat. Di bawah pohon asem pun jadi, yang penting tamu tak diinginkan tersebut tak sampai ke rumah.

Jadi ruang tamu, yang dibuat sekadar untuk berjaga-jaga jika tamu yang datang tanpa pemberitahuan sebelumnya dapat dipikirkan barang dua belas kali masih akan dibuat atau tidak. Semua terpulang kepada si empunya rumah, atau ketersediaan lahan.

Khusus untuk gudang, sebaiknya jangan lagi dibuat. Karena banyak pengalaman yang membuktikan, gudang hanya menjadi tempat barang-barang tak berguna yang sayang untuk dibuang, dan pada akhirnya teronggok bertahun-tahun menjadi sarang laba-laba. Salah buatan tikus jadi ikut bersarang di sana.

Bijaklah dalam hal mengelola barang tak berguna, salah satunya dengan menghindari pembuatan gudang. Jadi jika ada barang tak berguna, bingung mau disimpan di mana maka kita akan serta merta berpikiran untuk memberikannya kepada orang lain yang lebih membutuhkan. 

Bahkan dengan membuangnya pun sejatinya kita sudah memberikan kepada orang lain, sebab bukan tak mungkin barang yang sudah kita buang masih dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang memungutnya.

Artinya jika menaruh barang kelamaan di gudang, kita sudah ikut andil dalam menghambat rezeki orang lain, seharusnya orang yang memungut barang yang kita buang mendapat rezeki dari kita, kita batalkan.

Dan rezeki yang mau masuk sebagai pengganti barang yang seharusnya telah kita buang pun, juga ikut terhambat. 

Di samping itu pembuatan gudang di dalam rumah, acapkali hanya membuat kita menjadi sosok yang pengasih dan penyayang.

Sebab jika ada barang yang tidak terpakai lagi, mau kita berikan kepada orang lain, tapi masih sayang, konon lagi mau dibuang, akhirnya menjadi penghuni gudang hingga batas waktu yang tak seorangpun bisa meramalkan.

Nah pada saat itulah sosok pengasih dan penyayang ditabalkan kepada kita. Namun sayang dalam artian "mau ngasih, tapi sayang".

Tangerang, September 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun