Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Besarkanlah Anak dengan Dukungan

2 Maret 2020   23:16 Diperbarui: 2 Maret 2020   23:17 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam mendidik anak, memang ada baiknya dengan memberikan dukungan dan pujian, agar mereka mempunyai rasa percaya diri sehingga segala tindakannya yang baik dan benar tersebut akan dilakukannya lagi demi memperoleh pujian dan seterusnya.  

Namun demikian, untuk membuat sang anak bersedia bertanggung jawab, kita juga tak boleh segan untuk mengatakan dirinya salah, sehingga ia akan tahu di mana letak kesalahan dan jangan sampai lupa juga harus diajarkan dengan baik bagaimana cara memperbaiki kesalahan yang telah diperbuatnya tadi.  

Hanya saja, perlu diketahui untuk menunjukkan kesalahan usahakan dengan cara yang lembut atau dengan cara yang tidak menggurui, apalagi mencerca.  

Sebab pepatah mengatakan, didiklah seseorang dengan cara apapun, namun jangan sampai memaki.  Misalnya untuk mengatakan "salah", gunakanlah kata pengganti lain yang lebih halus misalnya "keliru" atau "kurang tepat".  Untuk mengatakan "Jangan diulangi lagi perbuatan seperti kemarin", perhaluslah dengan, "Yah sudah, yang sudah berlalu tak apa-apa, untuk ke depannya kita coba menghindari agar tidak terjadi lagi". 

Sebuah keluarga di Tangerang, menghindari penggunaan kata ganti "kamu", kepada siapapun di dalam rumah, termasuk di luar rumah.  Karena menurut sang ayah kata "kamu" terkesan merendahkan lawan bicara.  

Maka jadilah di rumah tersebut tak pernah terdengar kata-kata "kamu" tadi, kecuali jika sekali dua sang ibu sedang kumat menyaksikan sinema elektronik kegemarannya yang berhamburan kata-kata "kamu" dalam pembicaraan para pemainnya dengan segala jenis intonasi baik dari yang melengking, menguat, maupun bergemuruh.   

Selain kata-kata "kamu", juga kata-kata seperti "bodoh", "salah" dan segala jenis nama hewan yang sering dipakai untuk memaki juga diubah sedemikian rupa, agar tak terkesan lawan bicara sedang dimaki-maki dengan lemah lembut.     

Jika sebuah perbuatan sudah didukung, sesungguhnya pujian sudah tidak perlu dilakukan lagi, namun agar lebih sempurna dan meyakinkan tak berlebihan jika pujian ikut dilontarkan, dengan syarat sampaikanlah pujian, namun tidak dengan sambil tersenyum. 

 Sebab konon, pujian yang disampaikan sambil tersenyum acapkali dianggap sebagai olok-olok, dan berpotensi menyebabkan salah paham yang kadangkala akibatnya tak bisa diperkirakan oleh manusia.  

Sementara itu, pujian yang disampaikan terhadap suatu perbuatan yang baik tanpa didahului dengan dukungan, dapat dianggap sebagai pengakuan serta sudah dianggap juga sebagai pemberian dukungan.

Jadi didiklah anak dengan dukungan, atau dengan cara apapun yang akan menghasilkan akibat yang baik-baik saja adanya.  Berikut ini dikutipkan sajak yang mudah-mudahan dapat dianggap sebagai petunjuk yang ditulis Dorothy Law Nolte:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun