Karena merantau kerap diartikan sebagai; perginya seseorang dari tempat asal di mana ia tumbuh besar ke wilayah lain untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman. Â Memang, pada dasarnya naluri manusia adalah untuk bertahan hidup atau mencari penghidupan yang lebih baik dari sebelumnya.
Kadangkala, langkah kita di kampung sendiri tak segesit jika berada di kampung orang, apalagi jika kampung orang tersebut jauh dari tempat asal kita. Â Dalam bekerja, jika di kampung sendiri mungkin kita tak akan sekeras jika berada di perantauan. Â Bukan karena apa, melainkan semata karena jika di kampung sendiri, tidak bekerja pun kita tak akan sengsara, apalagi sampai mati kelaparan. Â
Karena sejauh mata memandang isi kampung dipenuhi handai taulan, yang akan dengan cepat kaki ringan tangan bersedia membantu jika salah satu anggota kampung tertimpa kemalangan. Â Entahlah jika kampung tersebut gersang dan kering kerontang, sehingga seluruh penghuninya harus pintar-pintar dalam menyelamatkan diri masing-masing dalam menjalani hidup yang sekeras batu.
Mungkin oleh karena kegersangan kampung, yang miskin sumber daya untuk diolah mengakibatkan warganya hijrah ke tempat lain, untuk mencari kehidupan yang lebih layak ada benarnya. Â Namun alasan remaja kita untuk mencari kehidupan karena di kampungnya sendiri terkendala "gangguan" handai taulannya, juga bukan sesuatu yang asing. Â
Hidup di perantauan, terutama jika tempat merantau merupakan sumber uang, seperti ibu kota atau kota-kota besar lainnya yang geliat pertumbuhan ekonominya sedang giat-giatnya juga tidak bisa dipungkiri merupakan tantangan tersendiri, yang tak jarang sangat berat dan keras. Â Dalam artian, jika kita terpuruk tak akan ada sanak saudara atau teman yang mengulurkan bantuan, dan sebaliknya, jika kita sedang merintis atau juga sukses, juga tak akan ada orang yang membebani atau meminta bagian akan kesuksesan kita tersebut. Â Â
Hal ini sangat berbeda jika kita sedang merintis usaha di kampung halaman, atau di lokasi yang dikerumuni sanak family, yang kebetulan hidupnya juga dalam kesusahan. Â Mereka akan menjadi gangguan yang kadangkala membuat risih, misalnnya; meminjam uang, juga minta tolong menyelesaikan masalah-masalah yang bisa menguras waktu dan energi, dan lain sebagainya.
Jadi, mungkin alasan seseorang untuk merantau, bisa beraneka rupa. Â Ada yang karena kampung tempat dilahirkannya gersang dan tak ekonomis, kampung tempatnya bermukim terlalu banyak penghambat atau bisa juga jika bekerja di kampung sendiri khawatir tak akan giat bekerja. Â
Memang pada dasarnya akan lebih indah jika setiap orang bisa sukses di kampungnya sendiri, namun sejarah mencatat, hanya sebagian kecil individu yang punya kemampuan untuk bisa survive dan maju di kampungnya sendiri, sebagian besar lainnya baru akan sukses jika menjadi perantau. Â
Terlepas dari etos kerja yang dimiliki oleh perantau itu sendiri, karena konon, jika orang terdesak akan keadaan, maka segala upaya akan dilakukan semaksimal mungkin demi mempertahankan hidup. Â Jadi seorang pemalas sekalipun, jika dia dihadapkan pilih hidup dengan bekerja keras, atau mati, maka dia akan menjadi orang yang sangat rajin. Â Kecuali mungkin untuk orang depresi, dia akan pilih ketemu Penciptanya.
Tangerang, 11 Februari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H